Reporter: Mona Tobing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia terpangkas 3,2%, pada transaksi Rabu kemarin (3/7). Praktis, imbal hasil produk turunannya seperti unitlink dan reksadana berbasis saham juga berpotensi melorot.
Apalagi, pasar saham domestik bergerak dalam tren menurun. Sebulan terakhir, IHSG sudah menyusut 7,93%. Di periode yang sama, mengutip data Infovesta Utama, return reksadana saham juga turun 8,49%. Nasib investasi unitlink cenderung sama, "Apalagi IHSG menurun dan ada pengaruh inflasi," ujar Alan Darmawan, Chief Investment Officer Allianz Life, kemarin.
Dalam rentang pendek, imbal hasil unitlink memang menyusut. Tapi jika ditarik ke belakang, misalnya enam bulan hingga satu tahun terakhir, imbal hasil unitlink menarik (lihat infografik). Pencapaian return unitlink selama satu tahun terakhir lebih menggiurkan ketimbang tawaran bunga deposito.
Dibandingkan awal tahun (year to date), imbal hasil unitlink berbasis saham antara 7,59% sampai 12,93%. Jika disetahunkan (year on year), hasilnya lebih dahsyat, yakni antara 15,1% hingga 27,08%.
Menurut Alan, tren penurunan pasar saham saat ini hanya sementara. Allianz sendiri suka menempatkan portofolio investasi saham di keranjang blue chips.
Ade Bungsu, Chief Marketing Officer & Head of Syariah AIA Financial, berpendapat penurunan IHSG tak membuat nasabah risau. Nasabah kini paham, unitlink adalah produk investasi jangka panjang. "Fluktuasi pasar selalu terjadi. Tapi pemegang polis menerapkan prinsip dollar cost average dengan pembayaran premi berkala dalam jangka panjang," ungkap Ade.
Meski koreksi pasar modal menekan imbal hasil, nasabah belum tentu menarik dana. AIA menerapkan prinsip investasi jangka panjang. Jadi, nasabah tak membeli asuransi untuk spekulasi, tapi lebih berorientasi jangka panjang dan proteksi. Tapi Ade enggan menyebut estimasi yield produk unitlink terbitan AIA.
Alan memprediksi, imbal hasil unitlink Allianz Life dalam kondisi bearish seperti sekarang, tetap naik, meski tak kurang dari 2%. "Berat jika berkaca pada kondisi makro saat ini," kata dia.
Kesimpulan Alan mempertimbangkan data dan proyeksi ekonomi makro terkini. Misalnya, pemerintah baru mengerek harga BBM dan tarif dasae listrik, sehingga berefek ke inflasi. Belum lagi kenaikan harga kebutuhan pokok selama bulan puasa dan Lebaran.
Direktur Keuangan Asuransi Jiwasraya, Hary Prasetyo, memprediksi pertumbuhan pembelian unitlink bakal tertahan karena IHSG yang terus menurun. Jika pun premi tumbuh, persentase kenaikan unitlink tak sampai 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News