Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 1,80% di awal pekan (17/9), investor diminta untuk wait and see. Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman mengungkapkan, pelemahan IHSG karena merespon defisit neraca perdagangan yang baru diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Sebagai informasi, Senin (17/9) BPS melaporkan defisit neraca perdagangan Agustus Tanah Air mencapai US$ 1,02 miliar. Angka tersebut jauh di atas ekspektasi pelaku pasar, sehingga berdampak pada merahnya IHSG awal pekan ini.
Kondisi tersebut, dinilai Norico akan berdampak pada defisit transaksi berjalan (CAD) terhadap produk domestik bruto (PDB) yang masih tinggi. "Apabila CAD masih tinggi, maka dapat mempengaruhi tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS," kata Norico kepada Kontan, Senin (17/9).
Meskipun begitu, dia mengharapkan kondisi tersebut hanya berlangsung jangka pendek, mengingat kondisi makroekonomi Tanah Air di kuartal IV 2018 bakal membaik. Sehingga, tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan pasar modal juga akan berkurang.
"Untuk itu, investor perlu memilih investasi di emiten emiten yang berfundamental bagus dan tidak memiliki eksposur utang yang besar dalam bentuk dolar AS," ujarnya.
Saat ini, Norico menyarankan agar investor wait and see sampai akhir bulan. Adapun emiten yang menarik untuk investasi sembari wati and see menurut BNI Sekuritas adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
"Biasanya, masuk kuartal IV pasar modal mulai membaik. Ketika IHSG di kisaran 5.700-5.800 investor bisa masuk ke saham-saham tersebut, dan akan menjadi menarik bagi investor untuk masuk bila IHSG berlanjut terus mengalami tekanan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News