Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Selama sepekan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. IHSG selama sepekan melemah 19,9 poin atau sekitar 0,395%. Meski aliran dana asing masih masuk, namun secara keseluruhan dalam sebulan terakhir indeks bergerak konsolidasi.
Melihat data RTI, level 4.800 dan 5.030 menjadi area di mana indeks bergerak dalam sebulan terakhir ini. Sementara itu, volume perdagangan cukup tinggi meskipun di bawah rata-rata perdagangan dalam tiga pekan terakhir.
Analis dari First Asia Capital David Nathanael Sutyanto menilai, indikator teknikal yang sudah menunjukkan kejenuhan merupakan alasan mengapa indeks tidak melanjutkan uptrendnya pada April ini. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga memperngaruhi psikologis pergerakan indeks.
Selain itu, pengaruh kinerja beberapa emiten di kuartal I juga dirasa kurang memuaskan, turut menyumbang sentimen negatif pada bulan April.
Nah, bagaimana dengan gerak IHSG pada bulan Mei? David melihat, pada Mei, indeks berpotensi mengalami tekanan.
"Pasti Anda pernah mendengar istilah 'bloody may' kan? Ini merupakan istilah bahwa hampir setiap bulan Mei selalu terjadi koreksi. Apakah hal tersebut akan berlanjut lagi di tahun ini? Tidak ada jawaban yang pasti," jelasya.
Namun, melihat trend konsolidasi indeks yang terjadi sepanjang bulan April, besar kemungkinan indeks bulan Mei mengalami tekanan.
"Untuk pekan depan, IHSG masih berpotensi terkoreksi dengan support di 4.900. Strategi buy on weakness dapat dilakukan ke beberapa emiten yang memiliki kinerja postiif," ujar David.
Meski demikian, sentimen negatif tidak selalu menyelimuti bulan Mei. Masih banyaknya aksi korporasi dan pembagian dividen yang dapat menggairahkan indeks.
Hal senada diungkapkan oleh Analis dari Trust Securities Reza Priyambada. Dia menyebutkan, indeks sepekan terakhir yang bergerak variatif terkonsolidasi cenderung sideways. Sentimen yang mempengaruhi IHSG adalah data-data ekonomi global yang dirilis serta laporan kinerja emiten, baik dari luar maupun dalam negeri.
Reza memperkirakan, pola seperti di awal Maret kemungkinan bisa saja terjadi di mana setelah IHSG gagal melanjutkan kenaikannya akan diikuti dengan pelemahan.
"Aksi 'jualan' dan 'bersih-bersih' portofolio pun kemungkinan masih berlanjut," kata Reza.
Reza merekomendasikan saham-saham yang dapat diperhatikan di pekan depan antara lain, MAGP, BWPT, BBNI, BBTN, BBCA, MAPI, ERAA, BMRI,ITMG, PTBA, CNKO, APLN, LPKR, DILD dan PWON.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News