Reporter: Emir Yanwardhana, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan tinggi hingga akhir tahun nanti. Keputusan Bank Sentral AS di bulan ini bakal menjadi penentu arah pasar domestik ke depan.
Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati kinerja emiten di kuartal III 2016. Pada Jumat (9/9) pekan lalu, IHSG terkoreksi 1,66% menuju 5.281,92.
Pada hari yang sama, pemodal asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 914 miliar. Meski demikian, sejumlah analis memproyeksikan hingga akhir tahun IHSG masih berpeluang bergerak positif di rentang 5.400 hingga 5.500.
Analis Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja memprediksi, pada akhir 2016 IHSG akan ditutup di level 5.450. Tapi pada Oktober nanti, indeks saham mungkin terkoreksi ke 5.150 akibat kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
”Pada Oktober, kami memprediksi IHSG terkoreksi sedikit. Pemicunya kebanyakan dari luar,” kata Tjandra.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menduga, suku bunga The Fed belum akan naik pada rapat FOMC akhir September nanti. Menurut hitungan dia, bunga The Fed baru naik pada Desember tahun ini. Oleh karena itu, Hans memprediksi IHSG bisa menyusut ke level 5.100 apabila suku bunga The Fed benar-benar naik.
Selain faktor The Fed, laju indeks saham akan dipengaruhi oleh sejumlah indikator ekonomi dan kebijakan pemerintah, termasuk program pengampunan pajak.
“Ini tergantung perkembangan dana repatriasi dan tebusan dalam program amnesti pajak. Apabila missed, maka IHSG akan menuju level 4.805 sampai 5.106 di akhir 2016," prediksi Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities.
Sebaliknya, jika program berjalan baik, IHSG bisa menembus 5.700-an pada akhir tahun ini. Prospek 2017 Mandiri Sekuritas yakin, prospek perekonomian tahun depan akan lebih baik daripada tahun ini. Oleh karena itu, Tjandra memproyeksikan IHSG berpotensi menembus level 6.050 pada 2017.
Kenaikan indeks saham akan didukung tren membaiknya harga sejumlah komoditas seperti hasil pertambangan dan perkebunan. Selain itu, sektor pendukung peningkatan IHSG antara lain infrastruktur, pakan ternak, konstruksi, dan ritel.
”Sektor plantation akan dominan dampak cuaca membaik dari El Nino serta kami harap harga CPO akan terus meningkat. Sektor ritel juga akan naik,” proyeksi Tjandra.
Investa Saran Mandiri juga sepakat tahun depan IHSG bergerak positif, meski masih cenderung bergerak melambat. Hal ini mempertimbangkan banyaknya sentimen global yang bakal mempengaruhi pasar domestik.
”Kami memprediksi akan ada beberapa kali peningkatan suku bunga acuan The Fed pada tahun depan, namun koreksi IHSG paling hanya berdampak sekali dua kali. Selebihnya tidak terlalu berdampak,” ungkap Hans.
Dia mengkalkulasi, IHSG pada tahun depan bergerak di kisaran 5.800 hingga 6.000. Sentimen negatif dari global yang perlu diwaspadai adalah melambatnya perekonomian Tiongkok dan Jepang. Adapun Edwin menyusun beberapa asumsi IHSG pada tahun depan.
Dengan estimasi PDB tahun depan sebesar 5,24%, secara optimistis IHSG bisa menyentuh level 6.563. "Moderatnya di posisi 5.872 dan secara pesimistis di level 5.181," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News