Reporter: Didik Purwanto, Avanty Nurdiana | Editor: Edy Can
JAKARTA. Dewi Fortuna absen di bursa pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seakan terjun bebas. Di awal pekan, IHSG melemah 4,21% ke level 3.478,55. Di akhir pekan, IHSG sempat bangkit, namun jika diukur dari posisi penutupan pekan sebelumnya, IHSG masih melemah 1,71%.
Tekanan jual yang melanda bursa bisa kita lihat dari transaksi investor asing minggu ini. Nilai jual bersih alias net sell investor asing mencapai Rp 3,65 triliun.
Dua emiten yang baru melantai di bursa pekan lalu pun terkena imbasnya. Di hari pertama perdagangannya di bursa, harga saham PT Megapolitan Development Tbk (EMDE) anjlok 16% ke 210 per saham. Emiten baru kedua tahun ini, PT Martina Berto Tbk (MBTO) bernasib sama. Di hari pertama, harga sahamnya melorot 10,8% menjadi Rp 660 per saham.
Sejatinya, tak banyak peristiwa yang terjadi pekan ini yang bisa merontokkan bursa. Data-data ekonomi terbaru Amerika Serikat memang masih negatif. Data pengangguran di Negeri Paman Sam itu menyurutkan niat investor memutar uang. Namun data itu diimbangi dengan data ritel dan perumahan yang menunjukkan ekonomi di AS kembali berputar.
Maka, para analis pun ramai-ramai menunjuk laju inflasi Indonesia yang diumumkan pekan lalu sebagai biang kerok kejatuhan IHSG. Investor mencemaskan penurunan imbal hasil aset keuangan di negeri ini karena Bank Indonesia (BI) tak serta merta menaikkan bunga acuan begitu inflasi terlihat ngebut.
Mengubah portofolio
Laju Inflasi yang kencang bisa berdampak negatif terhadap saham sejumlah emiten. Sektor yang kerap disebut-sebut menanggung imbas buruk dari tingginya inflasi adalah perbankan, keuangan, properti dan emiten yang berorientasi ke pasar dalam negeri.
Analis memprediksi pergerakan indeks pekan depan dengan lebih hati-hati. Managing Research Indosurya Secrurities Reza Priyambada memperkirakan, indeks akan bergerak mixed.
Analis PT Anugerah Sekuritas Pipit S Putri melontarkan ramalan yang juga konservatif. Menurut hitungan Pipit, IHSG masih enggan menembus kisaran 3.600 di pekan depan karena tidak ada sentimen yang kuat. "Masih ada potensi indeks rebound, tapi belum besar," kata Pipit. Dia memperkirakan , pekan depan IHSG berada di rentang 3.535-3.586.
Para pelaku pasar juga bakal hati-hati membelanjakan uangnya di bursa selama tak ada tanda-tanda bunga acuan bergerak naik. Selama arah BI rate belum pasti, Pipit merekomendasikan investor melakukan trading jangka pendek. "Akumulasi saham saat bursa mengalami koreksi, dan jual kembali di saat harga naik, setipis apa pun kenaikannya," saran dia.
Sedangkan pemodal yang berhorison jangka panjang sebaiknya wait and see terlebih dulu. Apalagi, banyak investor dari luar negeri juga masih mencari racikan yang pas untuk portofolio investasinya di tahun ini. "Saya menyarankan saham komoditas," kata dia.
Kepala Riset Askap Futures, Wahyu Tribowo Laksono juga merekomendasikan saham-saham sektor komoditas plus consumer goods. "Saham emiten BUMN juga cukup menarik untuk untuk dikoleksi," ujar dia. Tapi dia mewanti-wanti investor yang ingin membeli saham perbankan dan properti agar berhati-hati. "Selama ini, saham sektor itu digerakkan dana asing," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News