kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.453.000   22.000   0,90%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

IHSG Dihimpit Sentimen The Fed dan Pelemahan Ekonomi China, Ini Kata Analis


Jumat, 12 Desember 2025 / 17:51 WIB
IHSG Dihimpit Sentimen The Fed dan Pelemahan Ekonomi China, Ini Kata Analis
ILUSTRASI. Arah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini berada dalam posisi serba tanggung. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini berada dalam posisi serba tanggung.

Pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) seharusnya menjadi kabar baik bagi aset berisiko. Namun, pada saat yang sama, ekonomi China yang terus melambat justru menciptakan tekanan baru bagi pasar saham domestik.

Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai kombinasi dua sentimen global tersebut membuat arah IHSG bergerak dalam pola yang mixed. “Positifnya, cost of capital global turun. Negatifnya, demand komoditas dari China melemah,” jelas Wafi kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).

Di tengah kondisi itu, sejumlah sektor diperkirakan tetap mendapat angin segar, terutama bank big caps, telekomunikasi dan data, serta consumer staples yang memiliki karakter defensif.

Sebaliknya, sektor komoditas seperti batu bara, logam, dan petrokimia menjadi yang paling berpotensi tertekan akibat melemahnya permintaan dari China.

Baca Juga: IHSG Melemah dalam Sepekan, Faktor Global Jadi Penentu Arah

Untuk arus dana asing, Wafi menilai pergerakannya masih akan fluktuatif. Pemangkasan suku bunga The Fed memang membuka peluang masuknya modal asing, namun risiko capital outflow masih besar jika nada hawkish kembali muncul.

“China slowdown bikin asing lebih memilih emerging market yang defensif dan punya likuiditas kuat. Indonesia masih menarik, tetapi asing tidak akan agresif,” ujarnya.

Dalam situasi pasar yang tidak pasti ini, Wafi menyarankan investor untuk overweight sektor defensif dan memanfaatkan momentum akumulasi pada saham big caps yang valuasinya sudah turun. Ia juga menyarankan agar investor tetap menyiapkan porsi kas sekitar 20%-30% untuk mengantisipasi volatilitas. “Hindari mengejar saham yang sudah naik terlalu tinggi,” katanya.

Adapun saham yang masih menarik menurut Wafi meliputi BMRI dengan target harga Rp 5.100, BBNI pada Rp 5.000, dan TOWR pada Rp 615.

Untuk sektor komoditas, ia menyarankan fokus pada emiten berbiaya produksi rendah. Risiko utama yang perlu diwaspadai mencakup revisi outlook China, potensi The Fed kembali hawkish, serta volatilitas rupiah.

Selanjutnya: Negara Terluas di Dunia, Ini Negara yang Memiliki 11 Zona Waktu Berbeda

Menarik Dibaca: Blackmores Rilis URS dan UVS, Suplemen untuk Mendukung Kulit yang Sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×