Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham dalam negeri masih dihantui berbagai katalis negatif. Imbasnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh level 7.900 akhirnya tersungkur ke level 7.100.
Pada akhir perdagangan Jumat (22/11), IHSG berada di level 7.195,56. Masih di hari yang sama, investor asing turut mencatatkan net sell sebesar Rp 353,64 miliar di seluruh pasar.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan tekanan IHSG disebabkan oleh beberapa sentimen. Salah satunya, IHSG butuh koreksi wajar setelah melonjak tinggi.
"IHSG sudah naik tinggi sehingga para pelaku pasar mencari peluang yang lebih murah," ucapnya saat dihubungi Kontan, Minggu (24/11).
Baca Juga: Cenderung Menguat, Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Senin (25/11)
Pilihan investor jatuh pada pasar saham China, yang memang sudah mengalami koreksi dalam setahun terakhir dan datangnya gelontoran stimulus yang diberikan pemerintah China.
Selain itu terpilihannya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) juga mampu menarik pelaku pasar untuk memindahkan portofolionya. Nico bilang pasar meyakini Trump bisa mendorong ekspansi di AS.
Dia memproyeksikan ketidakpastian di 2025 akan jauh lebih besar dibandingkan tahun 2024. Alhasil, ini membuat pelaku pasar cenderung menahan diri karena mencermati kebijakan arah langkah pemerintah ke depannya.
"Tekanan akan mereda berkat dukungan kebijakan makro ekonomi itu menjadi salah satu yang penting," ucap Nico.
Baca Juga: IHSG Ditutup ke 7.195,56 pada Jumat (22/11), Simak Sentimen Penggeraknya
Head of Divisi Equity Research BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan menjelaskan secara valuasi, IHSG sudah sangat menarik dengan P/E Forward sebesar 11,9 kali.
"Risiko utama IHSG saat ini terletak pada skenario pelebaran lanjutan dari yield obligasi, yang mungkin didorong oleh arus keluar dari obligasi dan pelemahan nilai tukar rupiah," tulisnya dalam riset yang dirilis Jumat (22/11).
Potensi window dressing
Adapun BRI Danareksa Sekuritas memasang target IHSG akan berada di level 7.4448, berdasarkan multiple P/E sebesar 13 kali. Sementara skenario bullish, IHSG bisa berada di level 7.700 dan skenario bearish di 7.200.
Nico memproyeksikan selama IHSG tidak turun lebih rendah dari 7.120 sebagai support terkuatnya, maka IHSG berpotensi mengalami kenaikan pada Desember mendatang. Setidaknya IHSG bisa menyentuh level 7.500 lagi.
"Sentimen window dressing diharapkan data hadir menjelang penghujung tahun, sebab dalam 20 tahun terakhir IHSG baru terkoreksi satu kali pada Desember 2022 sehingga ada ekspektasi yang besar," ucapnya.
Baca Juga: Saham Blue Chip Menanti Momentum Window Dressing
Nico bilang bagi investor yang suka dengan investasi jangka pendek dan tingkat penerimaan terhadap risiko tinggi, membeli saham bisa menjadi keputusan yang tepat. Namun kalau tidak bisa menerima volatilitas pasar, bisa wait and see lebih dulu.
"Namun obligasi ritel seperti ST13 saat ini akan menjadi pilihan terbaik, dimana obligasi memberikan kepastian dalam memberikan imbal hasil melalui bunga," jelas Nico.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan selama IHSG bisa bertahan di atas 7.170 maka peluang window dressing di akhir tahun ini masih terbuka lebar.
Dia menilai pergerakan IHSG di sisa tahun ini juga bakal didorong oleh hajatan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) dari PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).
Baca Juga: Saham Bank Lagi Lesu, Dividen Interm Bisa Jadi Pemanis
Jika tidak ada aral melintang, anak usaha dari PT AlamTri Resources Indonesia Tbk (ADRO) ini akan memulai masa penawaran umum pada 29 November–3 Desember 2024 dan akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ada 5 Desember 2024.
Nafan memproyeksikan pada skenario bearish IHSG akan berada di level 7.120 pada akhir 2024. Pada skenario bullish, IHSG berpotensi melaju ke level 7.400 dan 7.700 di akhir tahun ini.
Bagi yang tertarik berinvestasi di pasar saham, saham pilihan Nafan jatuh pada AKRA, ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BUKA, GOTO, ITMG, KLBF, MDKA, MEDC, PGAS, SMGR, TLKM, ULTJ dan UNTR.
Selanjutnya: Penundaan Penetapan UMP 2025 Berpotensi Hambat Perencanaan Bisnis Pelaku Usaha
Menarik Dibaca: 9 Tahun Olymplast, Pameran Serentak di 37 Kota Hadirkan Furnitur Plastik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News