Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Data upah pekerja non agrikultur atau non-farm payroll Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan diperkirakan menjadi motor penggerak bursa dan rupiah membuka pekan, Senin (11/7).
Berdasarkan Bloomberg, AS merilis penambahan upah hanya untuk 18.000 pekerja dan tingkat pengangguran menjadi 9,2%, tertinggi tahun ini. Bursa AS Dow Jones merespon turun 17 poin ke 12.664 pada penutupan akhir pekan lalu. "Andai bursa AS koreksi, bursa kita juga bisa ikut terkoreksi," kata Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Asia Securities, Jumat (8/7).
Apalagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berada di area overbought secara teknikal, sehingga rawan diterpa aksi ambil untung.
Namun, Nico meramal, koreksi IHSG akan tertahan perekonomian Indonesia yang masih kuat. Dia memprediksi, indeks akan berada di kisaran 3.960 - 4.035, hari ini. Pada penutupan perdagangan Jumat (8/7), IHSG menyentuh rekor di 4.003,68.
Setali tiga uang, Wahyu Tri Wibowo, Kepala Riset Askap Futures memperkirakan, pelemahan rupiah kemungkinan juga hanya bersifat sementara. Dana asing masih akan deras masuk Indonesia. Proyeksi dia, rupiah bergerak dalam rentang antara Rp 8.500 - Rp 8.520 per dollar AS.
Farial Anwar, Direktur Currency Management memperkirakan, pergerakan rupiah di kisaran antara Rp 8.500 - Rp 8.490 per dollar AS, dengan potensi profit taking. Akhir pekan lalu, rupiah ditutup di posisi Rp 8.514 per dollar AS terdorong oleh meredanya kecemasan pasar soal utang Uni Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News