kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.406.000   -6.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.664   19,00   0,11%
  • IDX 8.640   28,41   0,33%
  • KOMPAS100 1.190   5,25   0,44%
  • LQ45 854   4,57   0,54%
  • ISSI 309   2,52   0,82%
  • IDX30 440   2,31   0,53%
  • IDXHIDIV20 513   4,65   0,91%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 140   1,06   0,76%
  • IDXQ30 141   1,14   0,82%

IHSG Berpeluang Tembus ke 10.000 di Tahun 2026, Cek Sektor dan Saham Favorit Analis


Kamis, 04 Desember 2025 / 17:01 WIB
IHSG Berpeluang Tembus ke 10.000 di Tahun 2026, Cek Sektor dan Saham Favorit Analis
ILUSTRASI. Optimisme IHSG 2026 menguat! Analis melihat potensi 9.000-10.000 didorong penurunan suku bunga dan likuiditas domestik. Cek pilihan saham


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme terhadap prospek pasar saham Indonesia pada 2026 terus menguat. Sejumlah sekuritas pun memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 9.000 sampai 10.000 di tahun 2026, bahkan sebagian analis menilai peluang indeks menembus level tersebut cukup terbuka.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, proyeksi tersebut bukan sesuatu yang berlebihan, bahkan cenderung konservatif jika melihat momentum ekonomi.

“Malah menurut saya bisa di atas 10.000, terutama bila mempertimbangkan kombinasi pemulihan siklus ekonomi, potensi penurunan suku bunga global, serta likuiditas domestik yang meningkat,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (4/12/2025).

Ia menilai, kenaikan IHSG dalam dua tahun terakhir semakin banyak ditopang oleh investor lokal, sehingga pasar tidak lagi bergantung pada arus modal asing. Dengan syarat tidak ada kejutan eksternal besar, serta kebijakan fiskal baru tetap ekspansif, ruang kenaikan indeks menuju level 9.000-10.000 disebut masih sangat terbuka.

Baca Juga: Empat Proyek Strategis PGEO Masuk Blue Book Kementerian PPN/Bappenas 2025-2029

“Pendorong paling realistis tentu datang dari penurunan suku bunga The Fed, penguatan permintaan domestik, kembalinya dana asing, serta momentum laba korporasi yang naik setelah tekanan margin di 2024-2025 mereda,” jelasnya.

Dari sisi sektoral, Ekky melihat 2026 berpotensi menjadi tahun normalisasi pertumbuhan. Sektor perbankan diproyeksikan kembali menjadi motor IHSG, didorong valuasi yang masih murah dan prospek ekspansi kredit yang lebih solid seiring potensi pemangkasan suku bunga.

“Perbankan kemungkinan tetap menjadi tulang punggung,” tuturnya.

Sektor consumer staples dan FMCG juga mendapatkan sentimen positif dari stabilnya konsumsi domestik dan pulihnya daya beli.

Sementara sektor telekomunikasi akan diuntungkan oleh monetisasi layanan data dan efisiensi belanja modal. Di sisi lain, sektor industri dan bahan baku mulai memasuki fase pemulihan setelah tekanan komoditas.

Di sisi lain, sektor properti dapat memperoleh momentum tambahan dari stimulus pemerintah dan tren penurunan bunga kredit.

Terkait rekomendasi saham, Ekky menilai ruang valuasi emiten big cap masih menarik. Bank besar seperti BBCA dan BMRI tetap menjadi pilihan utama berkat kualitas aset dan kestabilan pertumbuhan laba.

Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat ke 8.640,2 Hari Ini (4/12), Top Gainers LQ45: UNTR, AKRA, EXCL

Untuk sektor consumer goods, saham CMRY dan MYOR memiliki prospek kuat melalui ekspansi produk dan pasar.

“Untuk rokok, ketiadaan kenaikan cukai pada 2026 akan menjadi katalis besar bagi HMSP dan GGRM, sementara WIIM mendapat momentum dari diversifikasi produk,” jelasnya.

Di sisi lain, saham TLKM dinilai menarik karena potensi pertumbuhan laba yang lebih baik setelah fase konsolidasi industri, sedangkan MIKA dipandang sebagai emiten defensif yang mampu menjaga pertumbuhan jangka panjang.

Meski prospek 2026 cukup solid, investor tetap perlu mewaspadai sejumlah risiko. Ekky menyoroti volatilitas rupiah, potensi perlambatan ekonomi global, serta fluktuasi aliran dana asing.

 

“Risiko-risiko ini tidak menggagalkan prospek IHSG, tetapi bisa menimbulkan koreksi jangka pendek dan rotasi sektor,” ujarnya. Sektor perbankan dan consumer dinilai relatif lebih aman, sementara sektor komoditas akan lebih sensitif terhadap dinamika global.

Secara keseluruhan, Ekky menyimpulkan outlook 2026 tetap positif dengan dorongan utama dari penurunan suku bunga, stabilitas domestik, dan membaiknya laba emiten. Fokus pada sektor berfundamental kuat dinilai dapat memberikan hasil optimal di tengah potensi volatilitas pasar.

Selanjutnya: Didorong Harbolnas, Airlangga Pede Total Belanja Capai Rp 110 Triliun di Desember

Menarik Dibaca: Promo The Body Shop Super Beauty Week 1-7 Desember 2025, Parfum-Face Wash Diskon 50%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×