Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Isu BBM subsidi mereda, pasar saham domestik kembali bergerak positif. Indeks Harga Saham Gabungan kemarin (27/11) ditutup naik 0,24% menjadi 5.145,32. Dalam sebulan terakhir, IHSG sudah naik hampir 3%.
Sejumlah analis menilai tren positif IHSG belakangan ini bukan dipicu fenomena window dressing yang kerap terjadi di pengujung tahun.
Analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda berpendapat, di sisa tahun ini tak banyak alasan yang mendorong manajer investasi maupun emiten untuk melakukan window dressing. Di bursa saham, istilah window dressing diartikan sebagai kondisi dimana IHSG cenderung menguat menjelang tutup tahun.
Menurut Thendra, realisasi earning emiten sudah sesuai estimasi pasar. IHSG pun sepanjang tahun ini sudah naik cukup tinggi, yakni 20,38% year-to-date (ytd). Dus, tak ada indikator signifikan untuk mempercantik portofolio dengan window dressing.
Setali tiga uang. Managing Director Investa Saran Mandiri, Jhon Veter juga bilang, mungkin di akhir tahun ini tak banyak aksi window dressing yang mampu mengerek IHSG.
"Tahun lalu terjadi window dressing karena market jatuh cukup dalam sehingga ada perbaikan di akhir tahun. Saat ini, pasar sudah bergerak sesuai estimasi," jelas dia.
Jika pasar jatuh, kata Jhon, manajer investasi biasanya memborong saham-saham berfundamental bagus untuk memperbaiki portofolionya. Alhasil, IHSG turut terangkat.
Thendra menerka di sisa tahun ini IHSG bergerak konsolidasi. Pasalnya, IHSG sudah naik tinggi. Bahkan, kini IHSG diperdagangkan dengan valuasi premium. Price to earning ratio (PER) IHSG sekarang berkisar 19 kali - 20 kali. Adapun PER regional sekitar 16 kali - 17 kali. Tak hanya itu, PER IHSG sudah diperdagangkan di atas PER historikal sepanjang lima tahun terakhir di kisaran 15 kali.
"Banyak manajer investasi yang sudah tutup buku di akhir November ini, sehingga mungkin aksi window dressing tak banyak mengerek IHSG," jelas Thendra.
Di akhir tahun ini, Thendra menebak IHSG ditutup di level 5.200. Rebound tinggi IHSG diprediksi terjadi di paruh kedua tahun depan. Dus, investor disarankan banyak menyimpan kas dan mengakumulasi beli di paruh pertama 2015 saat IHSG turun. Kemudian ambil untung saat IHSG bullish di semester kedua tahun depan.
Analis Minna Padi Investama, Andre Setiawan memperkirakan, IHSG di akhir 2014 mencapai support 5.000 dan resistance 5.260. Di tahun depan, IHSG diproyeksikan melenggang ke level 6.000.
Investor bisa buy on weakness saat IHSG mendekati support di 5.000-5.100. Andre, Thendra dan Jhon sepakat, investor bisa mengakumulasi saham favorit seperti sektor berbasis infrastruktur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News