Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya sentimen antara Amerika Serikat (AS) dengan China diprediksi kembali menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di akhir pekan nanti.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (28/5) rupiah ditutup koreksi tipis 0,03% ke level Rp 14.715 per dolar AS. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor mmelemah 0,05% menjadi Rp 14.769 per dolar AS.
Baca Juga: Keok, rupiah ditutup melemah 0,03% ke Rp 14.715 per dolar AS pada Kamis (28/5)
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menjelaskan, pelemahan mata uang Garuda yang terjadi Kamis (28/5) sebagian besar didominasi oleh sentimen eksternal. Faktor utama karena maraknya aksi profit taking setelah rupiah sempat menguat pada perdagangan kemarin.
"Pasar juga tengah waspada karena memburuknya hubungan China dan AS dan memungkinkan dikeluarkan sanksi baru dan lebih keras dari Presiden Donald Trump, seperti sanksi visa dan perdagangan," kata Faisyal kepada Kontan, Kamis (28/5).
Di samping itu, pelaku pasar juga masih memiliki kekhawatiran terhadap risiko pelambatan ekonomi global. Apalagi beberapa bank sentral dunia seperti Jepang dan Eropa kembali gencar mengeluarkan stimulus-stimulus baru.
Ditambah lagi, muncul risiko no deal Brexit dari Inggris setelah muncul pernyataan bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak akan memperpanjang kesepakatan kedua negara.
Untuk perdagangan Jumat (29/5), Faisyal memperkirakan rupiah masih akan melanjutkan pelemahan di rentang Rp 14.700 per dolar AS hingga Rp 14.900 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah di kurs tengah BI melemah tipis ke Rp 14.769 per dolar AS pada Kamis (28/5)
"Belum ada sentimen berarti dari domestik, besok masih akan didominasi sentimen eksternal dimana pasar menunggu pernyataan Trump dan balasan dari China terkait ancaman sanksi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News