kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Hore, persepsi risiko investasi Indonesia mulai melandai


Selasa, 26 Mei 2020 / 17:27 WIB
Hore, persepsi risiko investasi Indonesia mulai melandai
ILUSTRASI. CDS credit default swap di Indonesia turun


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi Indonesia kembali melandai. Kombinasi sentimen eksternal dan internal ditengarai jadi angin segar. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (26/5), indeks persepsi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun turun ke 181,476. Di hari sebelumnya, CDS untuk tenor ini berada di level 184,401.

Sementara untuk Senin (25/5), level CDS Indonesia tenor 10 tahun justru juga terlihat turun ke 249,46, setelah di akhir pekan kemarin berada di 254,855.

Baca Juga: DIRE Ciptadana Properti Ritel bagikan dividen kedua di tahun 2020

Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Adi Saputra mengatakan, untuk saat ini, pergerakan CDS Indonesia masih tergolong volatil. Hal ini masih wajar karena mencerminkan kondisi pasar keuangan di dalam negeri. 

“Investor nampaknya masih khawatir dengan dampak ekonomi jangka pendek imbas dari virus corona ini. Meskipun dalam jangka panjang investor masih percaya bahwa pasar keuangan Indonesia masih menarik,” kata dia, kepada Kontan.co.id, Selasa (26/5).

Sementara terkait situasi new normal yang secara bertahap akan berlaku di Indonesia, Adi menyebut pasar akan segera menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Namun dia mengaku, new normal akan memberi dampak yang minim terhadap pasar obligasi Indonesia.

“Kami masih percaya bahwa pasar obligasi Indonesia di 2020 ini justru akan outperformed instrumen investasi lain dan berhasil menghasilkan imbal hasil yang lebih atraktif. Terlihat dari asing yang sudah mulai membukukan foreign inflows ke Indonesia, baik di pasar primer atau sekunder,” tambah Adi.

Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Prospektif jika Bunga Bank Turun Lagi

Asal tahu saja, merujuk data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dana asing yang berada di Surat Berharga Negara (SBN) tercatat capai Rp 1.850,29 triliun hingga Rabu (20/5). Jumlah tersebut sudah lebih baik ketimbang di mana awal Mei yang hanya Rp 1.833,65 triliun.

Oleh sebab itu, Adi optimistis yield untuk tenor 10 tahun bisa ditutup di rentang 7% -7,25% pada akhir tahun nanti. Bahkan ia menyebut ada peluang yield tersebut tembus di bawah 7% jika perkembangan virus corona di Indonesia bisa membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×