Reporter: Harry Febrian | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kegiatan infrastruktur dan konstruksi yang marak mencerahkan prospek industri semen. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) termasuk produsen semen yang kecipratan rezeki pembangunan infrastruktur.
Untuk mengerek produksi, SMCB merancang pabrik baru di Tuban, Jawa Timur. Pabrik itu diharapkan mulai beroperasi pada 2013. Kapasitas produksi pabrik tersebut, dirancang mencapai 1,7 juta ton. Dus, total kapasitas produksi SMCB setelah pabrik itu beroperasi, mencapai 10 juta ton, atau naik sekitar 20%.
Pembukaan pabrik baru penting karena tingkat utilisasi SMCB saat ini, hampir maksimal. "Pertumbuhan penjualan yang pesat, mengakibatkan tingkat utilisasi pabrik SMCB telah melebihi 90%," tutur Bertrand Raynaldi, Kepala Riset E-Trading Securities.
Kehadiran pabrik baru di Tuban memungkinkan SMCB mengantisipasi lonjakan permintaan di masa mendatang. "Pabrik baru itu memungkinkan SMCB menjaga tingkat utilisasi stabil di sekitar 90%," tutur Helmi Therik, analis AAA Securities.
Solusi untuk ritel
Proyeksi Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kebutuhan semen di tahun ini, akan meningkat 11%, menjadi 53 juta ton. Tahun lalu, penjualan semen di Jawa setara dengan 55,2% dari total penjualan nasional. Angka itu lebih mini dibandingkan porsi penjualan di Pulau Jawa pada 2005, yang mencapai 62,5%.
"Pertumbuhan penjualan di luar Jawa lebih cepat," kata Raynaldi. Hitungan dia, pertumbuhan penjualan semen di Jawa sebesar 5,10%, sedangkan di luar Jawa hampir dua kali lipatnya, yaitu 10,38%.
Nilai penjualan SMCB membuntuti kecenderungan industri. Menurut Helmi, selama kuartal pertama 2012, SMCB mencetak penjualan Rp 2,011 triliun, atau meningkat 20% secara year-on-year (yoy). Laba bersih SMCB selama periode yang sama, mencapai Rp 249 miliar, atau meningkat 19% per tahun.
Proyeksi Helmi, nilai penjualan SMCB sepanjang tahun ini mencapai Rp 9,4 triliun, naik dari realisasi di tahun lalu, yaitu Rp 7,52 triliun. Laba bersih SMCB bisa tumbuh dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 1,43 triliun.
Prediksi versi Raynaldi, penjualan SMCB di tahun ini Rp 8,4 triliun, dengan laba bersih Rp 1,28 triliun. SMCB juga memaksimalkan strategi pemasaran. Menurut Raynaldi, sebagai pemain terkecil dari tiga besar pemimpin pasar semen domestik, SMCB agresif menjangkau pasar ritel melalui program Solusi Rumah.
Ia mencatat, sampai akhir 2011 Solusi Rumah telah memiliki 399 outlet, atau naik 39% dibanding tahun lalu. "Jaringan ini memberikan kontribusi 10% ke total penjualan SMCB dan diperkirakan bisa meningkat 15% pada tahun ini," kata Raynaldi.
Ia menilai Solusi Rumah bisa menjadi kekuatan SMCB di masa mendatang. "Permintaan semen dari end user ini masih mendominasi, 80% penjualan semen dalam kantong. Sisanya adalah semen curah yang banyak dipakai dalam proyek-proyek infrastruktur," tutur dia.
Karena itu, Raynaldi memberi rekomendasi beli untuk SMCB dengan target harga sebesar Rp 2.725 per saham, yang mencerminkan price to earning ratio (PER) di akhir 2012 sebesar 16,3x.
Rekomendasi Helmi juga beli, dengan target harga Rp 3.000 per saham, yang merefleksikan PER 14,4x. Chandra S Pasaribu, analis Danareksa Sekuritas, menyarankan beli dengan target harga Rp 2.950, atau PER 19,7x.
Harga SMCB, Selasa (12/6), ditutup melemah 2,08% menjadi Rp 2.350 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News