Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Belakangan ini muncul produk Dji Sam Soe Edisi Khusus. Di dalam satu bungkus rokok Dji Sam Soe, ada dua batang rokok Dji Sam Soe Super Premium dengan bungkus berwarna emas di setiap batangnya.
Reza Priyambada, analis Binaartha Sekuritas menilai, strategi blending tersebut dilakukan HMSP guna melakukan tes pasar. "Tes untuk melihat seberapa besar minat konsumen atas produk tersebut," ujarnya kepada KONTAN, Senin (13/3).
Dji Sam Soe dan Dji Sam Soe Super Premium merupakan produk lama PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Namun, selama ini, konsumen memang lebih banyak membeli Dji Sam Soe ketimbang Dji Sam Soe Super Premium.
Harga menjadi alasan utama. Dari segi kualitas, Super Premium memang setingkat lebih baik dibanding Dji Sam Soe. Tapi, harganya sekitar Rp 3.000 lebih mahal dibanding Dji Sam Soe. Akibatnya, Dji Sam Soe Super Premium kalah pamor dibanding kakaknya itu.
Dengan adanya blending itu, diharapkan konsumen terutama yang loyal dan mengutamakan kualitas akan jauh lebih mengenal produk Dji Sam Soe Super Premium. "Ini nanti bisa dijadikan acuan manajemen untuk mengatur kapasitas produksi," imbuh Reza.
Menyasar pasar premium umumnya dilakukan perusahaan untuk mendulang pendapatan lebih cepat dari unit yang lebih sedikit. Jika ditopang oleh konsumen berdaya beli lebih kuat, pemasukan perusahaan bisa lebih stabil. Apalagi, perusahaan rokok setiap tahun ditekan dengan kenaikan cukai yang bisa berujung pada penaikkan harga dan pengurangan pasar di konsumen kelas bawah.
Pendapatan HMSP sepanjang 2016 sebesar Rp 95,47 triliun, lebih tinggi 7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 89,07 triliun. Dengan menekan beban dan biaya, HMSP berhasil meningkatkan perolehan laba 23% menjadi Rp 23,76 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News