Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sampai saat ini ada 901 perusahaan yang telah melantai di bursa.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, pencapaian ini tak hanya hasil kerjasama Self-Regulatory Organization (SRO) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melainkan juga berkat kolaborasi dari seluruh stakeholders pasar modal.
Mereka adalah erusahaan efek sebagai penjamin emisi efek, konsultan hukum, kantor akuntan publik, notaris, biro administrasi efek, asosiasi pengusaha serta investor retail, maupun institusi yang senantiasa mendampingi perusahaan dalam persiapan Initial Public Offering (IPO) sampai pencatatan efeknya di BEI.
“Pencapaian ini merupakan wujud kepercayaan para manajemen dan pemilik usaha terhadap pasar modal Indonesia sebagai sumber pendanaan untuk keberlangsungan usaha,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (8/11).
Baca Juga: Setelah Melantai di BEI, Kian Santang (RGAS) Akan Bantu Pemerintah Bangun Jargas
Pada Rabu (8/11), terdapat tiga perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Ketiga emiten itu adalah PT Kian Santang Muliatama Tbk (RGAS) sebagai perusahaan tercatat ke-899, PT Mastersystem Infotama Tbk (MSTI) sebagai perusahaan tercatat ke-900, dan PT Ikapharmindo Putramas Tbk (IKPM) sebagai perusahaan tercatat ke-901.
Kehadiran tiga perusahaan ini menambah jumlah perusahaan tercatat saham di BEI pada tahun 2023 menjadi sebanyak 77 perusahaan dengan total dana yang dihimpun (fund raised) mencapai Rp 54,3 triliun.
Jika ditinjau dari jenis usaha, perusahaan tercatat saham di BEI saat ini didominasi oleh sektor Consumer Cyclicals yang mencapai 16,9% dari total dengan jumlah 152 perusahaan.
“Beberapa sektor lainnya yang mendominasi adalah sektor Consumer Non-Cyclicals, sektor Financials dan Basic Materials, yang masing-masing sebesar 13,7%, 11,8% dan 11,3% dari total perusahaan tercatat di BEI,” papar Iman.
Baca Juga: Pasca IPO, Ikapharmindo Putramas (IKPM) Bakal Perluas Pabrik
Sedangkan, secara geografis, persebaran perusahaan tercatat BEI masih berpusat di DKI Jakarta, yaitu sebesar 71,4% dari total atau sejumlah 643 perusahaan tercatat. Adapun provinsi dengan perusahaan tercatat terbanyak selanjutnya adalah Jawa Barat sebesar 8,3% dan Banten sebesar 7,7%.
Iman mengakui pihaknya optimistis akan semakin banyak perusahaan dari berbagai sektor usaha di berbagai daerah Indonesia yang mencatatkan sahamnya dan memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan.
“Sampai dengan saat ini, masih terdapat 27 perusahaan potensial di pipeline pencatatan BEI,” tuturnya.
Berbagai upaya yang BEI lakukan untuk menjaring calon perusahaan tercatat adalah dengan memberikan edukasi terkait IPO dalam bentuk seminar, coaching clinic, masterclass, one-on-one, baik di pusat atau di daerah melalui Kantor Perwakilan BEI.
Menurut Iman, dalam meningkatkan kualitas calon perusahaan tercatat, BEI telah melakukan penyesuaian Peraturan Nomor I-A pada tahun 2021 mengenai persyaratan keuangan dan kapitalisasi pasar yang diharapkan dapat lebih mengakomodasi berbagai jenis perusahaan.
Baca Juga: Harga Saham Mastersystem (MSTI) Naik 13% di Perdagangan Perdana
Setelah diberlakukan penyesuaian Peraturan I-A tersebut, rata-rata kapitalisasi pasar perusahaan tercatat mencapai Rp 10,3 triliun atau tumbuh sebesar 254,8%.
“Sementara itu, rata-rata jumlah dana yang dihimpun (fund raised) dan aset masing-masing mencapai Rp 837,7 miliar dan Rp 4,8 triliun, atau tumbuh 54,8% dan 146,1%,” ungkapnya.
Iman mengatakan, pihaknya berharap akan semakin banyak pemilik usaha yang antusias untuk memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai sumber pendanaan usaha.
“BEI juga berharap stakeholders dapat meningkatkan kolaborasi aktif untuk mengembangkan pasar modal Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing global, sehingga dapat menguatkan perekonomian Indonesia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News