kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hati-hati, rupiah memasuki level 12.000


Rabu, 25 Juni 2014 / 06:58 WIB
Hati-hati, rupiah memasuki level 12.000
ILUSTRASI. Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Sebut Insentif Mobil Listrik Akan Diberikan Lewat Pengurangan Pajak. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Dina Farisah, Ahmad Febrian | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Rupiah terkapar menghadapi keperkasaan dollar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot kemarin (24/6), rupiah melemah 0,03% dari hari sebelumnya ke Rp 11.989. Versi kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga terdepresiasi 0,24% dan tutup di Rp 12.000.

Seorang tresuri di Singapura mengatakan, permintaan dollar AS dari dalam negeri dan luar negeri meningkat. Itu pula yang membuat rupiah kian loyo. "Setengah tahun terakhir banyak dollar masuk karena asing menyerbu Sertifikat BI, obligasi negara dan obligasi swasta," kata tresuri yang enggan disebutkan namanya itu kepada KONTAN, kemarin.

Surat berharga itu segera jatuh tempo. Di sisi lain, suplai dollar di luar negeri dalam non-delivery forward berkurang. "Asing ingin beli kembali dollar karena surat berharga mereka jatuh tempo. Saya perkirakan, di Juli nanti ada permintaan antara US$ 1,5 miliar-US$ 2 miliar. Kini mereka mulai mencicil mencari dollar," katanya.

Menurut Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri, melemahnya rupiah lebih karena faktor eksternal seiring pertumbuhan ekonomi AS. Maklum, Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) juga melanjutkan pemangkasan stimulus (tapering).

Data ekonomi AS yang dirilis Senin (23/6), memang menunjukkan pemulihan ekonomi sehingga menguatkan dollar AS. Misalnya, industri manufaktur mulai ekspansi, sementara penjualan rumah bekas juga naik menjadi 4,89 juta.

Dari dalam negeri, kebutuhan dollar dari kalangan korporasi untuk membayar gaji dan impor juga meningkat. Sentimen negatif bertambah seiring pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini oleh Bank Indonesia menjadi 5,1%-5,5%. Sentimen pemilihan presiden (pilpres) turut menggerus rupiah.

Albertus Christian, Senior Researcher and Analyst Monex Investindo Futures, bilang, hasil polling menunjukkan persaingan ketat sehingga menimbulkan ketidakpastian. "Juga kekhawatiran inflasi tinggi, dampak Ramadan dan Lebaran," ujarnya.

Mika Martumpal, Research and Strategy Head Treasury and Capital Market Bank CIMB Niaga menilai, sentimen negatif penyelenggaraan pilpres berpengaruh sesaat saja terhadap rupiah. Selanjutnya, rupiah kembali ke fundamental utamanya yakni defisit APBN dan defisit neraca berjalan.

“Rupiah bisa menguat ke Rp 11.700 tapi bisa melemah ke Rp 12.300," kata Mika. Proyeksi Reny, rupiah membaik di akhir tahun menjadi Rp 11.600. Alasannya, defisit neraca transaksi berjalan di kuartal III dan IV menyempit.

Selain itu, ada harapan perbaikan ekspor Indonesia karena ekonomi AS dan beberapa negara Eropa membaik. Tresuri Singapura itu sepakat, kurs di Rp 11.600-Rp 11.800 di akhir tahun.

Menurut Christian, capital inflow akan deras jika presiden terpilih sesuai ekspektasi pasar. Rupiah pun bisa ke Rp 11.500. Namun masih ada potensi tekanan ke Rp 12.100-Rp 12.150 menunggu susunan kabinet. Tresuri Singapura tadi mewanti-wanti jangan sampai level 12.000 tembus. "Jika tembus, rupiah langsung ke level tertinggi tahun ini," tegasnya. Level terlemah rupiah terhadap dollar AS terjadi pada 3 Februari lalu di posisi Rp 12.240.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×