Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rupiah kembali gagal mempertahankan penguatannya. Efek hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) memberi tekanan bagi nilai tukar mata uang garuda di hadapan dollar Amerika Serikat.
Di pasar spot, Kamis (30/7) rupiah melemah tipis 0,02% ke level Rp 13.458 per dollar AS dibanding penutupan hari sebelumnya. Serupa, di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah merosot 0,17% ke level Rp 13.468, atau level terendahnya sejak 1998 silam.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk menjabarkan, pelemahan ini karena pernyataan FOMC ditanggapi pasar sebagai sikap optimis The Fed akan pertumbuhan ekonomi AS. Pelaku pasar pun memilih mempertahankan asetnya dalam bentuk dollar. Jelas ini memberi efek terhadap aset berisiko seperti rupiah.
“Meski The Fed tidak memberi kepastian, berkaca dari perekonomiannya, pasar menilai peluang normalisasi kebijakan moneter mereka terjaga,” papar Reny. Entah itu terjadi pada September atau Desember 2015, kenaikan suku bunga The Fed akan terus menjadi fokus utama. Tentunya itu tidak menguntungkan bagi rupiah.
Minimnya data ekonomi Indonesia di penghujung bulan seperti saat ini lantas membuat rupiah nyaris tanpa dukungan. “Faktor eksternal yang dominan dan akan menyeret rupiah melemah hingga Jumat (31/7),” kata Reny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News