kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Hasil pemilu Yunani kerek harga gas alam


Selasa, 19 Juni 2012 / 21:39 WIB
Hasil pemilu Yunani kerek harga gas alam
ILUSTRASI. Presiden AS Joe Biden. REUTERS/Evelyn Hockstein


Reporter: Marantina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Gas alam kembali menguat. Hasil pemilu Yunani memberi kelegaan bahwa negara itu tidak akan meninggalkan Uni Eropa dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global mereda.

Harga gas alam kontrak pengiriman Juli kemarin (19/5) sampai pukul 17.00 WIB dibanding hari sebelumnya menguat 1,1% menjadi US$ 2,663 per million British thermal units (MBTU) di New York Mercantile Exchange. Padahal akhir pekan lalu (15/6) harga gas masih dihargai US$ 2,467 per MBTU.

Kebutuhan gas yang meningkat ikut mengangkat harga gas alam. Pemicu kenaikan harga gas terjadi saat ada pernyataan dari Commodity Weather Group LLC di Gaithersburg Maryland. Mereka menyebut, banyak kota di Midweast dan East sedang dalam kondisi yang sangat panas di tahun ini.

Departemen Energi juga melaporkan stok gas di Amerika Serikat lebih rendah dari perkiraan. Peningkatan suhu ini memicu kebutuhan alat pendingin dari 46% menjadi 48%.

Meski begitu, Zulfirman Basir, Analis Monex Investindo Futures, menduga, kenaikan harga gas alam hanya sementara karena euforia Yunani. Kenaikan harga minyak yang terjadi di awal pekan turut mengangkat harga gas alam. Pasalnya komoditas ini merupakan substitusi minyak mentah. Selanjutnya, dia memperkirakan harga gas alam cenderung koreksi.

Masalah Eropa menurut Zulfirman masih belum mereda. Karena masih ada masalah Spanyol dan Italia.

Gas alam berpotensi konsolidasi dengan kisaran harga di US$ 2,168 – US$ 2,759 per MBTU. Sedangkan dari teknikal indikator Relative Streght Index (RSI) dan stochastic menunjukkan sinyal naik. Namun, komoditas ini masih mengalami kesulitan untuk melanjutkan reli lebih lanjut karena belum menembus garis Moving Average 200 harian di level 2,89. Long white candle pada grafik pun menunjukkan potensi naik.

“Pasar masih menunggu karena pekan ini banyak momen penting bagi ekonomi global,” ujar Zulfirman. Pasar juga tengah menunggu hasil pertemuan G-20 dan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Selain itu, pasar juga mencermati tindakan konkret dari pertemuan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×