Reporter: Marantina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Yen Jepang (JPY) menguat terhadap sebagian besar valuta utama, di awal perdagangan akhir pekan lalu. Data terbaru ekonomi Eropa yang terbit pekan lalu, tidak menggembirakan, hingga meningkatkan kekhawatiran pemodal terhadap benua itu. Akibatnya, permintaan terhadap aset berisiko jatuh.
Yen menguat karena tekanan risk-off naik terhadap situasi yang tidak pasti. "Data ekonomi membuktikan bahwa Eropa sedang mengalami perlambatan ekonomi," ujar Kengo Suzuki, Foreign-Exchange Strategist di Mizuho Securities Co., seperti dikutip Bloomberg.
Data pengangguran terbaru Amerika Serikat yang mengecewakan, mengangkat yen terhadap the greencback. Sentimen-sentimen itu yang membuat pemodal memilih yen sebagai safe haven.
Namun otoritas moneter Jepang berusaha untuk melemahkan nilai tukar yen. "Jika yen terus menguat, ekspor Jepang akan tertekan dan tidak bisa bersaing," tutur Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Future.
Ancaman intervensi yang datang dari Negeri Matahari Terbit bisa menahan laju yen, pekan ini. Hasil pertemuan para pemimpin negara anggota Uni Eropa (UE), akhir pekan lalu, juga bisa menahan laju penguatan yen. "Setiap kabar positif dari Eropa, akan mengangkat nilai tukar valuta seperti euro dan poundsterling," kata Zulfirman.
Pasangan USD/JPY, Jumat (29/6) turun 0,41% menjadi 79,79 dari sehari sebelumnya. Sementara, pairing EUR/JPY senilai 101,04, melemah 2,19% dari hari sebelumnya. Pasangan AUD/JPY juga melandai 2,35% menjadi 81,69.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News