Reporter: Agus Triyono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Berinvestasi tidak harus melulu mengikuti tren dan kecenderungan pasar. Seorang investor harus berani mengambil jalan sendiri dan berbeda dari perilaku investasi investor lain, tak terkecuali saat krisis ekonomi melanda. Begitulah prinsip berinvestasi Nany Susilowati, Presiden Direktur PT Mega Capital Indonesia dalam mengelola dan mengembangkan dana dan kekayaannya.
Nany bercerita, prinsip investasi tersebut dijalankan berdasarkan pengalaman investasi selama kurang lebih 24 tahun. Khususnya, saat badai krisis ekonomi melanda dunia pada tahun 1997, 2005 dan 2008 lalu.
Pada periode krisis ekonomi tahun 1997-1998 ketika sejumlah harga saham jatuh, Nany hanya mengikuti tren pasar. Ketika sejumlah saham rontok, dia hanya membeli saham unggulan dalam jumlah terbatas.
Tidak dinyana, dalam waktu singkat harga saham yang dibelinya tersebut semakin berkilau. Cuma, keuntungan yang ia perolah tak banyak karena Nany hanya membeli dalam jumlah terbatas. "Itulah kenapa saya menyesal. Kalau saya beli banyak pasti keuntungan juga besar," katanya.
Sejak itulah, Nany mulai menerapkan prinsip berani melawan arus. Dia berani mengambil jalan beda dibanding investor kebanyakan. Di saat krisis ekonomi tahun 2005 - 2008 lalu dan kebanyakan investor takut membeli saham yang terkoreksi tajam, dia malah memborongnya.
Namun, wanita yang hobi membuat pantun jenaka ini menambahkan, keberanian itu tidak dilakukannya dengan ngawur. Dia tetap selektif dan memperhatikan semua aspek agar investasi yang dilakukannya tersebut bisa tetap berbuah manis.
Salah satunya, memperhatikan tingkat kesehatan fundamental saham yang akan dibelinya tersebut. Perempuan yang mengaku sebagai investor moderat cenderung agresif ini bilang, cara melihatnya gampang. Cari saham-saham blue chips dengan industri yang menjanjikan di masa depan.
Kalau ada, cari momen penurunan tajamnya, setelah itu jangan sia-siakan peluang. Segera beli dan lakukan itu secara bertahap. "Berdasar pengalaman, keuntungan yang bisa didapat dari penerapan strategi itu bisa optimal," kata dia.
Nany menambahkan, berinvestasi bisa dilakukan meski penghasilan kecil. Ia melihat, banyak orang beranggapan bahwa hanya mereka yang berpenghasilan lebih saja yang bisa punya kesempatan untuk berinvestasi. Padahal, anggapan itu tak sepenuhnya benar.
Nany bercerita bahwa mereka yang hanya mampu menyisihkan sebagian kecil dari penghasilannya, Rp 100.000 per bulan misalnya, tetap bisa berinvestasi. Termasuk investasi saham. "Kumpulkan dulu sisa tabungan itu selama lima bulan, buka akun, lalu beli saham yang harganya di bawah Rp 1.000 tapi bagus. Itu bisa dan banyak anak muda yang mulai melakukan itu," katanya.
Yang terakhir, setelah investasi itu berhasil, Nany meminta investor untuk bisa mendiversifikasikan investasi ke dalam beberapa instrumen investasi yang berbeda. Tujuannya, agar risiko investasi dihindari sebisa mungkin.
Menurutnya, ada banyak instrumen yang bisa dijadikan sarana oleh para investor untuk mengembangkan kekayaan. Dan itu, bisa disesuaikan dengan tujuan investasi yang akan dicapai dan profil risiko yang akan dihadapi.
Untuk investasi dengan tujuan jangka menengah sampai panjang, semisal, Nany merekomendasikan agar investor berinvestasi di obligasi, saham, berbagai jenis reksadana maupun properti. Sementara itu, untuk tujuan jangka pendek dia menyarankan kepada investor untuk bisa berinvestasi di reksadana pasar uang. "Intinya, jangan menaruh telur di satu keranjang, supaya kalau satu pecah lainnya masih utuh dan tetap menghasilkan," katanya.
Cukup tidak cukup, harus cukup
Menyadari pentingnya berinvestasi, Nany Susilowati, Presiden Direktur PT Mega Capital Indonesia mengatakan bahwa dia juga sudah menanamkan kesadaran itu kepada dua buah hatinya. Terlebih, Nany merupakan pucuk pimpinan perusahaan investasi. Pembelajaran investasi bagi kedua anaknya dimulai sejak dini. Itu antara lain ia lakukan dengan cara menanamkan prinsip hidup, cukup tidak cukup harus cukup, kepada si anak sedari kecil.
Tujuannya, agar kedua buah hatinya bisa selalu menyisihkan uang jajan bulanan mereka untuk ditabung atau diinvestasikan pada kebutuhan yang berguna bagi masa depan mereka. Upaya tersebut juga dilakukannya untuk mendidik si anak supaya lebih bertanggung jawab dalam mengelola setiap rupiah uang yang diberikan kepada mereka.
Nany bercerita, upaya tersebut sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Kedua anaknya sudah mampu mengatur dan menyisihkan uang jajan mereka. Yang membanggakan, uang yang mereka sisihkan tersebut ternyata tidak hanya ditabung, melainkan juga diinvestasikan di bisnis jual beli kendaraan bermotor.
Nany merasa, apa yang dilakukan oleh sang anak adalah sebuah kreativitas pengelolaan keuangan yang luar biasa. "Memang ada di antara mereka yang ingin bermain saham, tapi saya belum boleh," kata Nany.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News