kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.561.000   59.000   2,36%
  • USD/IDR 16.803   9,00   0,05%
  • IDX 8.614   -31,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.192   -5,74   -0,48%
  • LQ45 853   -6,88   -0,80%
  • ISSI 309   0,08   0,02%
  • IDX30 437   -3,34   -0,76%
  • IDXHIDIV20 509   -4,32   -0,84%
  • IDX80 133   -0,92   -0,68%
  • IDXV30 138   -0,60   -0,43%
  • IDXQ30 139   -1,18   -0,84%

Hartadinata Abadi (HRTA) Proyeksikan Kenaikan Harga Emas Berlanjut pada 2026


Selasa, 23 Desember 2025 / 11:25 WIB
Hartadinata Abadi (HRTA) Proyeksikan Kenaikan Harga Emas Berlanjut pada 2026
ILUSTRASI. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menyebut prospek industri emas Indonesia memasuki fase baru menjelang 2026 (Dok/PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA))


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menyebut prospek industri emas Indonesia memasuki fase baru menjelang 2026. Hal ini ditopang oleh kombinasi tren global dan kebijakan domestik yang semakin menekankan penguatan nilai tambah di dalam negeri.

Harga emas dunia hingga akhir 2025 masih bergerak di level tinggi yang didukung oleh pembelian agresif bank sentral global, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, serta meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Direktur Investor Relations Hartadinata Abadi, Thendra Crisnanda, menilai kondisi ini mencerminkan perubahan struktural dalam peran emas di tingkat global maupun nasional. HRTA melihat emas semakin diposisikan sebagai aset strategis jangka panjang, bukan hanya instrumen lindung nilai saat krisis.

"Permintaan yang kuat dari bank sentral dan investor global menunjukkan adanya pergeseran cara pandang terhadap emas, terutama di tengah meningkatnya tekanan utang dan ketidakpastian ekonomi,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kontan, Senin (22/12/2025) malam.

Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) Pasok Emas Batangan ke BCA Syariah

Berdasarkan laporan World Gold Council dan Reuters, bank sentral dunia melanjutkan pembelian emas dalam volume besar hingga akhir 2025. Emas dipandang sebagai aset untuk menghadapi risiko debt debasement, seiring meningkatnya beban utang dan potensi pelemahan mata uang.

Di Amerika Serikat, total utang pemerintah tercatat terus meningkat dengan laju sekitar US$ 1 triliun setiap 100 hari pada paruh akhir 2025, sehingga memperkuat daya tarik emas sebagai penyimpan nilai jangka panjang.

Di dalam negeri, arah kebijakan juga menunjukkan dukungan terhadap penguatan industri emas nasional. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan pajak ekspor emas yang akan berlaku mulai 2026 dengan tarif 7,5% hingga 15% berdasarkan tingkat pemrosesan dan harga emas global.

Kebijakan ini diproyeksikan mendorong peningkatan pasokan emas untuk pasar domestik sekaligus memperkuat industri pemurnian dan manufaktur lokal.

Menurut Thendra, kebijakan tersebut berpotensi mempercepat pembentukan ekosistem emas nasional yang lebih seimbang. Dorongan untuk meningkatkan pemrosesan emas di dalam negeri sejalan dengan kebutuhan industri saat ini.

"Dengan rantai pasok yang lebih kuat, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan menciptakan nilai tambah yang lebih besar,” jelasnya.

Baca Juga: Pendapatan Melesat 89,6%, Cermati Faktor Pendorong Kinerja Hartadinata Abadi (HRTA)

Sebagai perusahaan emas yang terintegrasi, HRTA memandang momentum ini sebagai peluang strategis. Hingga kuartal III-2025, porsi ekspor HRTA tercatat hanya sekitar 0,39%, sehingga mencerminkan fokus perusahaan pada pemenuhan permintaan domestik, khususnya sejak pengembangan ekosistem Bullion Bank.

HRTA juga telah meningkatkan kapasitas fasilitas refinery hingga mampu memurnikan 30 ton emas per tahun untuk mendukung kebutuhan pengolahan dalam negeri secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, dinamika harga emas ke depan masih akan dipengaruhi kebijakan moneter global. Sejalan dengan hal tersebut, harga emas per 22 Desember 2025 sempat kembali mencatatkan rekor tertingginya, yakni US$ 4.400 per ons troi, atau naik 3,97% month to date (MTD), sementara harga emas dalam rupiah mencapai Rp 2.374.443 per gram atau menguat 4,7% MTD.

Kenaikan ini terutama terdorong oleh pemangkasan suku bunga The Fed yang menurunkan real yield ke level 3,50%–3,75% pada 10 Desember 2025.

Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga di 4,75% untuk menjaga stabilitas rupiah dan menahan arus modal keluar.

 

Kombinasi antara penurunan suku bunga AS dan fluktuasi rupiah membuat emas dalam rupiah menguat lebih besar dibandingkan dalam dolar AS, sekaligus menjaga daya tariknya sebagai aset lindung nilai bagi investor dan konsumen.

Melihat ke depan, harga emas masih akan dipengaruhi kebijakan moneter global, terutama hasil pertemuan FOMC dan data inflasi AS (CPI). Tekanan inflasi yang mereda bisa membuka peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut, yang berpotensi menopang harga emas.

Sementara itu, pasar memperkirakan BI tetap berhati-hati, tetapi cenderung lebih dovish, sehingga emas diperkirakan akan tetap menarik sebagai aset lindung nilai sepanjang 2026.

“Dengan berbagai faktor tersebut, kami melihat emas akan tetap relevan sebagai aset strategis. Fokus kami ke depan adalah memastikan kesiapan operasional dan ekosistem agar dapat menangkap peluang pertumbuhan secara berkelanjutan di tengah perubahan struktural industri emas,” pungkas Thendra.

Selanjutnya: Efek Merger dengan MyRepublic Mulai Terasa, Saham MORA Naik 46,82% Sebulan

Menarik Dibaca: Tecno Pova 7 Bawa Fitur Menarik, Ini 9 Alasan Harus Membelinya Sebelum 2025 Berakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×