kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga turun, margin produsen semen tertekan


Senin, 19 Januari 2015 / 06:30 WIB
Harga turun, margin produsen semen tertekan
ILUSTRASI. Tema Pekan ASI Sedunia 2023 adalah "ENABLING BREASTFEEDING: Making a difference for working parents".


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah menurunkan harga semen yang diproduksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp 3.000 per sak. Perubahan tersebut mulai berlaku Senin (19/1) pukul 00.00.

Mengikuti instruksi pemerintah, produsen semen BUMN seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) harus menurunkan harga. Pemerintah pun berharap penurunan harga semen ini bisa diikuti oleh produsen semen swasta. 

Menanggapi hal ini, Sekretaris Perusahaan SMGR, Agung Wiharto mengatakan, perseroan akan mematuhi pemerintah dengan menurunkan harga semen produksinya. Di sisi lain SMGR bisa melakukan efisiensi untuk menekan beban biaya. 

Beberapa efisiensi yang akan dilakukan SMGR antara lain dengan mengurangi biaya iklan, biaya perjalanan dinas, biaya transportasi, hingga biaya rapat.  "Kami terus mendukung pemerintah untuk kemajuan ekonomi. Jika inflasi terkendali, sektor perbankan dan properti juga akan membaik sehingga mendukung industri semen," papar Agung kepada KONTAN akhir pekan lalu. 

Sementara produsen semen non BUMN seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih mengkaji penurunan harga semen. "Kami akan lihat dulu kondisi pasar," tutur Sahat Panggabean, Sekretaris Perusahaan INTP. 

Tahun ini, INTP sudah menaikkan harga semen sekitar 5%. Namun kenaikan harga tersebut masih dibawah kenaikan biaya. Untuk itu, INTP memangdang sulit untuk kembali menurunkan harga. 

Thendra Crisnanda, analis BNI Securities mengatakan, penurunan harga semen berpotensi menurunkan margin bagi produsen semen. Namun, industri semen dalam negeri sudah mulai melancarkan berbagai strategi menekan biaya.  Salah satunya dengan membangun pembangkit listrik sendiri. "Penurunan harga pasti akan berpengaruh ke margin, tetapi pengaruhnya minor," ujar Thendra. 

Dalam hal pasokan listrik, INTP mempunyai kemampuan efisiensi lebih besar dibanding rekanannya. Maklum, lebih dari 50% pasokan listrik berasal dari pembangkit sendiri.  Sementara sebagian besar pasokan listrik emiten lain berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Penurunan harga minyak sebenarnya bisa berdampak pada turunnya tarif listrik , mengingat pembangkit listrik PLN berasal dari tenaga diesel. Namun, Thendra ragu PLN mau menurunkan tarif  listrik industri. Soalnya, selama ini PLN masih merugi. "Yang bisa dilakukan PLN kemungkinan hanya menunda kenaikan tarif, tetapi tidak menurunkan," 

Kepala Riset First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto mengatakan, produsen semen bisa menekan biaya energi lantaran tarif listrik industri sudah sempat turun di awal tahun ini. Biaya transport juga bisa ditekan dengan penurunan harga BBM. 

Menurut David, pemerintah menurunkan harga semen untuk mendukung rencana pembangunan infrastruktur. Pemerintah ingin harga semen lebih murah ketika sedang gencar melakukan pembangunan. Pada saat sepi pembangunan, harga semen diharapkan tidak melonjak signifikan.  

Meski harga turun, produsen semen dengan kapasitas produksi besar memiliki peluang untuk meningkatkan penjualan. Thendra memperkirakan permintaan semen tahun ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya anggaran infrastruktur. Pemerintah sebelumnya menambah anggaran infrastruktur  dari  Rp 150 triliun menjadi sekitar Rp 300 triliun. 

Dengan adanya isu penurunan harga semen, harga saham emiten semen pun kompak menurun.  Pada penutupan akhir pekan lalu, harga saham INTP turun 10.26% ke level Rp 22.300 per saham.  Harga saham SMGR pun turun 7,41% ke level Rp 15.000 per saham. 

Kemudian harga saham SMBR turun 4,39% ke level Rp 370 per saham dan harga saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) turun 1,44% ke level Rp 2.050 per saham. 

Thendra menyarankan investor untuk akumulasi secara bertahap saham INTP dan SMGR. Sedangkan untuk SMCB dan SMGR, Thendra merekomendasikan netral lantaran market share yang masih kecil. "Sentimen negatif yang ada tidak serta merta berdampak buruk bagi perseroan ke depan," lanjut Thendra. 

David mengatakan,  pertumbuhan sektor semen ke depan masih tertahan lantaran kapasitas produksi terbatas. "Sesuatu yang diatur pemerintah juga menjadi kurang menarik," ujarnya. 

David khawatir pemerintah akan kembali mengatur harga jika margin dari produsen semen BUMN sudah terlalu tinggi.  David merekomendasikan hold untuk saham-saham emiten semen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×