Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga timah masih menanjak menjelang akhir tahun. Kenaikan ini disebabkan oleh membaiknya ekonomi global seperti di AS dan China. Rilis data manufaktur China dan AS membuat prospek permintaan timah ke depannya akan bagus.
Harga timah untuk pengiriman tiga bulan ke depan di London Metal Exchange (LME), akhir pekan lalu, menguat 0,76% ke posisi US$ 23.150 per ton. Dalam sepekan, harga timah naik 1,53%. Kemarin, harga timah untuk seri TINPB300 di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) naik 0,11% ke posisi US$ 23.125 per ton.
Kenaikan harga timah di pasar global ini didukung oleh rilis sejumlah data ekonomi di AS dan China. Indeks manufaktur AS bulan November 2913 naik menjadi 54,7 dibandingkan prediksi yang hanya 54,3. Data konstruksi di AS naik hingga 0,8% dari sebelumnya -0,3%.
Indeks manufaktur China mencapai 51,4, lebih tinggi ketimbang prediksi 51,2. Mulai pulihnya ekonomi kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu membuat permintaan terhadap timah meningkat sehingga mampu mendorong harga. "Timah adalah logam dasar utama yang dipilih untuk 2014 sehingga permintaannya meningkat," kata Richardson, kepala ekonom logam Morgan Stanley Melbourne kepada Bloomberg pekan lalu.
Harga timah cenderung naik, sejak ekspor timah Indonesia harus lewat BKDI. Di BKDI, volume transaksi timah sejak diluncurkan 30 Agustus 2-13 lalu terus meningkat. Ibrahim, analis Devisi Pengembangan BDKI bilang, Agustus lalu, jumlah transaksi hanya 25 ton. Pada November, volume transaksi ini melonjak menjadi 7.440 ton.
Volume ini juga naik lebih dari 100% ketimbang bulan Oktober di angka 3.020 ton. "Dengan volume transaksi mencapai 7.440 pada November, sudah luar biasa peningkatannya," ujar Ibrahim.
Untuk ekspor timah yang tercatat di BKDI, totalnya mencapai 3.715 ton dengan nilai US$ 85,93 juta, melonjak 59,4% dari ekspor di Oktober 2013. Berdasarkan data Departemen Perdagangan, ekspor timah bulan November mencapai 5.193 ton.
Ibrahim mengatakan, harga timah di BKDI bisa lebih tinggi karena kebutuhan akan timah banyak jika melihat dari volume transaksi dan ekspor yang meningkat, sedangkan supplai masih sedikit.
International Tin Research Institute (ITRI) yang berbasis Inggris memprediksi, kekurangan pasokan timah akan naik menjadi 12.000 ton di 2014 dibanding tahun ini di angka 7.000 ton. Peter Kettle, Research Manager ITRI memprediksi, harga rata-rata timah tahun depan akan mencapai US$ 26.000 per ton. Hingga akhir pekan lalu, harga rata-rata timah sepanjang 2013 sebesar US$ 22.268 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News