Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kekhawatiran akan pasokan yang mengempis setelah kebijakan larangan ekspor konsentrat tembaga terbaru dari Indonesia datang bersamaan dengan laporan penurunan produksi China mampu membawa harga tembaga tetap naik.
Mengutip Bloomberg, Kamis (15/12) pukul 9.50 am di Shanghai, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terangkat 0,21% di level US$ 5.736 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga tembaga sudah terkikis 0,79%.
Terbaru, National Bureau of Statistics melaporkan produksi tembaga China November 2016 turun 1,1% menjadi 720.000 metrik ton dibanding November 2015 lalu. Ini juga merupakan penurunan tahunan tembaga pertama dalam sembilan bulan terakhir.
“Padahal di bulan yang sama produksi industri dan manufaktur PMI China mengalami pertumbuhan, artinya ada kebutuhan yang tinggi saat pasokan mengempis,” kata Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka. Hal ini membuat tembaga kuat secara fundamental.
Ditambah lagi, Indonesia, sebagai produsen kedua terbesar dunia memutuskan mulai 11 Januari 2017 mendatang ekspor tembaga konsentrat dilarang. Produsen tembaga di Indonesia hanya boleh mengekspor olahan logam. Tentunya jika hal ini benar diterapkan pada tahun depan, pasokan tembaga global akan kian menipis.
“Memang sampai pertengahan tahun 2017 bukan tidak mungkin harga tembaga bisa terbang terus," kata Ibrahim.
Sebab, kini pasar mendapatkan gambaran bahwa pasokan tembaga akan menyusut. Sementara aktivitas industri dan infrastruktur di China dan Amerika Serikat masih akan tergenjot. Belum lagi kalau nantinya perpanjangan pembelian obligasi di Eropa mampu membawa geliat sektor industri yang tentunya akan meningkatkan kebutuhan untuk tembaga di masa datang.
Proyeksi ini bukan tanpa alasan. Data pinjaman baru di China November 2016 melonjak dari 651 miliar yuan menjadi 795 miliar yuan. Itu merupakan nilai pinjaman baru tertinggi sejak Maret 2016 lalu. “Dengan tingginya angka kredit mengarahkan pada kenaikan aktivitas perekonomian yang bisa menopang tergenjotnya permintaan tembaga,” papar Ibrahim. Fundamental yang kuat ini berhasil menopang kenaikan harga meski didera beban yang datang dari kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News