Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga tembaga melemah. Aksi ambil untung alias profit taking di tengah faktor fundamental yang minim, membuat harga logam dasar ini terkoreksi.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME), Selasa (15/1), turun tipis 0,07% menjadi US$ 7.994 per ton dibanding harga sehari sebelumnya.
Ibrahim, Analis Senior Harvest International Futures mengatakan, koreksi harga tembaga saat ini masih tergolong wajar, setelah pekan lalu harga sudah mengalami kenaikan sebesar 1,06%.
Harga tembaga, pekan lalu, terkerek oleh optimisme membaiknya ekonomi China. Indeks manufaktur dan produk domestik bruto (PDB) China menunjukkan peningkatan.
Namun, aksi ambil untung lebih kuat mendominasi. Data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang dirilis dua hari lalu, belum mampu mengangkat harga tembaga. Padahal, Departemen Perdagangan AS merilis data penjualan ritel AS naik 0,5% di Desember 2012 dibanding bulan sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dari prediksi analis yang menghitung kenaikan hanya sebesar 0,2%. Ini merupakan kenaikan tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Selain itu, adanya pernyataan Menteri Keuangan Jepang Taro Aso yang memprediksi, ekonomi Jepang masih akan melambat selama kuartal I/2013, juga menjadi faktor yang menekan harga tembaga. Asal tahu saja, Jepang merupakan salah satu konsumen tembaga terbesar di dunia, selain China.
Menurut Ibrahim, penurunan harga tembaga kemungkinan besar masih akan berlanjut sampai pelaksanaan rapat Bank of Japan (BoJ) pada 21-22 Januari. Rapat BoJ ini ditunggu oleh para pelaku pasar karena ada kemungkinan Jepang akan menambah anggaran untuk stimulus moneter. "Ini yang menyebabkan pelaku pasar mengambil posisi jual terlebih dahulu sambil menunggu hasil rapat BoJ," kata Ibrahim.
Jangan lupa, perlambatan ekonomi global dan masalah plafon utang AS, menurut Ibrahim, merupakan faktor yang sampai saat ini membuat pelaku pasar cenderung hati-hati.
Secara teknikal, Ibrahim masih melihat ada sinyal bearish. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di garis tengah dengan pergerakan yang cenderung flat. Bollinger band 20 terletak 20% di atas bollinger tengah, mengindikasikan penguatan. Indikator stochastic dan relative strength index (RSI) masih 50:50, mengindikasikan pelaku pasar masih mengambil sikap wait and see.
Prediksi Ibrahim, selama sepekan ini, harga tembaga masih akan melemah di kisaran US$ 7.862,64 per metrik ton sampai US$ 8.079,50 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News