Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga tembaga mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah komoditi ini diperdagangkan. Harga tembaga di Commodity Exchange (Comex) pada Senin (13/12) pukul 18.20 untuk pengiriman Maret 2011 mencapai US$ 417,6 per pound. Harga ini naik sebesar 1,55% dibanding harga sehari sebelumnya US$ 411,2 per pound.
Analis Asia Kapitalindo Futures Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kenaikan harga tembaga hanya akan berlangsung sesaat, karena dipicu oleh permintaan spekulatif. Sebab saat The Fed memberikan bailout, semakin banyak dollar Amerika yang beredar. Akibatnya dollar Amerika berpotensi untuk mengalami pelemahan. Sehingga, “Banyak orang menyimpan dananya ke dalam bentuk komoditi, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan,” katanya kepada KONTAN Senin (13/12).
Nico omer Jonckheere, Vice President Research PT Valbury Asia Futures menambahkan, selain bailout dari Federal Reserve di Amerika, bailout di Eropa juga akan membuat uang yang beredar makin banyak. Hal ini yang memicu pengalihan dana ke bentuk komoditi. “Jika banyak uang yang beredar maka akan menimbulkan inflasi, untuk menghadapi inflasi banyak orang yang melakukan lindung nilai dalam bentuk komoditi,” katanya.
Menurut Kiswoyo, kenaikan harga tembaga tersebut rawan terhadap bubble. Sebab, saat dollar Amerika kembali ditarik dari komoditi, tembaga akan mengalami penurunan dalam jumlah besar. Namun dia bilang kemungkinan tersebut mungkin baru akan terjadi saat The Fed menghentikan bantuannya pada bulan Juni 2011. Sementara minggu ini dia memperdiksikan harga tembaga berada dikisaran US$ 420per pound.
Catatan saja para penentu kebijakan The Fed pekan ini akan bertemu untuk membahas rencana penambahan bantuan ke Amerika untuk membeli tresuri lebih dari US$ 600 miliar. Sedang International Monertary Fund (IMF) masih menunda pemberian bailout sebesar US$ 30 miliar ke Eropa hingga pemerintah Irlandia selesai berdebat soal paket bantauan tersebut. Total bantuan paket European Union (UE) dan IMF adalah sebesar US$113 miliar.
Nico berpendapat, kenaikan harga tembaga juga banyak dipengaruhi permintaan fisik. “Harga tidak mungkin naik begitu saja tanpa ada faktor persediaan dan permintaan,” katanya. Kiswoyo menambahkan permintaan dari China memang mendorong terjadinya kenaiakan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News