Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pergerakan harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan kemarin relatif terbatas jelang rilis data inflasi Negeri Paman Sam.
Rata-rata harga obligasi pemerintah pada Selasa (17/11) yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price terkoreksi 0,02% ke level 105,69.
Analis Fixed Income MNC Securitites I Made Adi Saputra memaparkan, terbatasnya pergerakan harga SUN kemarin dipengaruhi oleh pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang peluncuran data inflasi Amerika per Oktober 2015 yang tumbuh 0,2% (month on month).
Selain itu, kemarin pelaku pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) pada level 7,5% dengan suku bunga Deposit Facility 5,5% serta Lending Facility sebesar 8%.
BI memangkas Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah dari semula 8% menjadi 7,5% yang bakal berlaku efektif sejak 1 Desember 2015.
"Relatif tidak banyak mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Selain hasil RDG Bank Indonesia yang disampaikan setelah berakhirnya sesi perdagangan, keputusan tersebut juga masih sesuai dengan perkiraan pelaku pasar," terang Made.
Pertemuan tersebut, lanjut Made, juga menjadi bukti penilaian BI bahwa stabilitas makroekonomi domestik semakin baik. Makanya terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.
Apalagi BI optimistis inflasi dalam negeri tahun 2015 bakal terjaga di batas bawah dari target 3% - 5% serta defisit transaksi berjalan yang diprediksi 2% dari Produk Domestik Bruto 2015.
"Adapun pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan GWM Primer diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang mulai meningkat semenjak triwulan III 2015," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News