Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggabungan tiga bank syariah BUMN menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) membawa harga sahamnya naik lima kali lipat sejak pertama kali tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan, total kapitalisasi pasar BRIS meningkat lebih dari 22 kali lipat.
Pada 9 Mei 2018, BRIS tercatat di BEI dengan harga initial public offering (IPO) Rp 510 per saham. Sementara itu, per perdagangan 3 Februari 2021, harga BRIS ditutup di level Rp 2.750 per saham. Kapitalisasi pasar BRIS juga meningkat, dari Rp 4,96 triliun pada saat IPO menjadi Rp 112,8 triliun per 3 Februari 2021.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi berharap, kinerja saham BRIS yang positif di tengah pandemi Covid-19 dapat membuat BRIS menjadi primadona di bursa saham dan masuk ke indeks IDX BUMN20. "Kami juga berharap, kinerja positif ini dapat semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di bursa," ungkap dia dalam acara PT Bank Syariah Indonesia Tbk IDX Debut, Kamis (4/2).
Menurut Hery, Bank Syariah Indonesia akan terus melakukan transformasi, memperbaiki proses bisnis, serta memperkuat manajemen risiko, sumber daya manusia, dan dan teknologi digital. Hery menyatakan, Bank Syariah Indonesia berkomitmen untuk melayani seluruh lini masyarakat dengan menawarkan produk kompetitif dan layanan prima.
Baca Juga: Wamen BUMN: Bank Syariah Indonesia (BRIS) butuh modal besar untuk menunjang bisnis
Dia juga menegaskan, Bank Syariah Indonesia akan menjadi bank yang modern dan inklusif dengan tetap menjunjung tinggi prinsip syariah. "Selain menjalankan fungsi perantara dan menyalurkan pajak, Bank Syariah Indonesia punya konsep yang dapat dioptimalkan melalui zakat, infak, dan sedekah," tutur Hery.
Direktur Utama BEI Inarno Djajdi menambahkan, kehadiran Bank Syariah Indonesia memberikan harapan besar dalam mendorong kemajuan keuangan syariah nasional. "Bank hasil penggabungan ini juga berkontribusi dalam penguatan aset dan kapitalisasi industri pasar modal," ucap Inarno.
Asal tahu saja, bank yang resmi diluncurkan pada 1 Februari 2021 ini memiliki total aset sebesar Rp 240 triliun per Desember 2020. Jumlah tersebut membuat Bank Syariah Indonesia menduduki peringkat 7 teratas bank nasional dari segi kepemilikan aset.
Sementara itu, total penyaluran pembiayaan Bank Syariah Indonesia per 2020 mencapai Rp 157 triliun, total dana pihak ketiga Rp 210 triliun, total modal inti Rp 22,6 triliun, dan laba laba Rp 2,19 triliun. Bank Syariah Indonesia juga memiliki lebih dari 1.200 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 20.000 karyawan.
Baca Juga: Cari investor, Bank Syariah Indonesia siap lakukan rights issue
Inarno juga meyakini, kehadiran Bank Syariah Indonesia akan berdamoak positif pada perkembangkan pasar modal ke depannya. Apalagi, pasar modal syariah Indonesia mencatatkan pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir.
Dalam kurun waktu tersebut, jumlah saham syariah meningkat sebesar 33%, dari 318 saham syariah pada akhir tahun 2015 menjadi 426 saham syariah per 22 Januari 2021. Jumlah tersebut setara 60% dari jumlah seluruh saham tercatat di BEI. Perkembangan pasar modal syariah juga terlihat dari jumlah investor syariah yang tumbuh hingga 1.650% dalam lima tahun terakhir.
Meskipun begitu, Inarno masih melihat ruang pertumbuhan yang besar pada saham-saham syariah. Pasalnya, meski tumbuh pesat, total investor syariah per Desember 2020 baru sebanyak 85.891 investor atau 5,5% dari total investor saham Indonesia.
Baca Juga: Bagaimana nasib program KPR subsidi di bank syariah BUMN usai merger?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News