Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus mengalami tekanan. Penurunan harga ini justru membuka peluang baru bagi investor karena membuat valuasi saham bank swasta terbesar di Indonesia ini terlihat semakin murah dan menarik untuk dikoleksi.
Pada penutupan perdagangan Selasa (14/10/2025), harga saham BBCA ditutup di level 7.250 turun 75 poin atau 1,02% dibandingkan sehari sebelumnya. Pelemahan ini menjadikan harga saham BBCA berada di level terendah sejak 15 Juli 2022, yakni di harga 7.000.
Dengan harga tersebut, rasio Price to Book Value (PBV) BBCA kini berada di kisaran 3,45x — jauh di bawah rata-rata historisnya yang sering kali berada di atas 4x.
Koreksi ini membuat kapitalisasi pasar BBCA turun hingga di bawah Rp 1.000 triliun, mendekati level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Baca Juga: Pendaftaran Maganghub.kemnaker.go.id Ditutup Hari Ini (15/10), Kuota Ditambah 80.000
Data penting
- Harga saham BBCA: Rp 7.250/saham
- PBV: 3,45x
- Kapitalisasi pasar: < Rp 1.000 triliun
- Level harga: mendekati titik terendah 3 tahun
Meski terus terkoreksi, sejumlah analis menilai penurunan harga BBCA justru menjadi momentum entry point yang menarik.
Analis dari BRIDanareksa Sekuritas menyebutkan bahwa valuasi BBCA yang sudah murah di tengah fundamental kinerja yang solid dapat menjadi peluang investasi menarik di sektor perbankan.
“Di tengah likuiditas yang mulai membaik, kami mempertahankan peringkat Netral pada sektor ini, dengan BBCA sebagai pilihan saham jangka panjang karena kualitas asetnya yang kuat,” tulis BRIDanareksa dalam riset yang dikutip Selasa (14/10/2025).
Pelaku pasar juga mencermati pelemahan nilai tukar rupiah dan potensi kenaikan suku bunga deposito valas yang bisa memengaruhi margin perbankan. Selain itu, isu likuiditas dan kualitas aset di industri perbankan juga terus menjadi perhatian utama.
Dari sisi kebijakan moneter, Samuel Sekuritas menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin (bps) dalam sebulan terakhir dapat menjadi katalis positif jangka pendek dan menengah.
“Kebijakan ini bisa mendorong pertumbuhan kredit, khususnya di segmen korporasi dan UMKM, seiring penurunan suku bunga pinjaman yang lebih rendah dan meningkatnya permintaan refinancing,” tulis riset Samuel Sekuritas.
Tantangan Masih Ada, Tapi BBCA Tetap Jadi Primadona
Meski ada sentimen positif, analis juga mengingatkan bahwa tantangan struktural seperti permintaan kredit yang masih lemah dan potensi peningkatan provisi belum sepenuhnya teratasi.
Kendati demikian, BBCA tetap menjadi pilihan utama analis Samuel Sekuritas di sektor perbankan. Alasannya, fundamental BBCA dinilai paling kuat di antara bank-bank besar lainnya.
“BBCA memiliki biaya modal (CoC) paling rendah sebesar 0,5% (rata-rata sektor 1,6%), jaringan CASA terbesar, dan tingkat ROE tertinggi mencapai 25,2% (sektor: 18,4%),” ungkap Prasetya Gunadi, analis Samuel Sekuritas, dalam laporannya.
Baca Juga: Pre-Order iPhone 17, Telkomsel Tawarkan Sejumlah Keuntungan, Cek Juga Harga Resmi
Peluang Emas untuk Investor
Dengan valuasi yang sudah turun jauh di bawah rata-rata historisnya, BBCA kini dianggap undervalued oleh banyak pelaku pasar. Jika kinerja keuangan tetap solid dan kondisi makro ekonomi mulai membaik, potensi rebound saham BBCA cukup besar.
Bagi investor jangka panjang, saham BBCA masih menjadi pilihan aman dan potensial, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Kami tetap optimistis terhadap kinerja BBCA, apalagi dengan valuasi yang sudah terlalu murah untuk diabaikan,” tutup Prasetya.
Selanjutnya: Harga Emas Meroket, Saham Tambang Emas Ini Siap Naik Kelas
Menarik Dibaca: Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia: Penyebab dan Tips Menjaga Kesehatan Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News