Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah menyentuh level terendah pada Kamis (15/12), harga perak rebound pada Jumat (16/12). Namun analis memprediksi harga komoditas ini masih tertekan hingga akhir 2016. Kemungkinan harga akan pulih pada tahun depan.
Mengutip Bloomberg, Jumat lalu, harga perak kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange menanjak 1,63% ke US$ 16.153 per ons troi. Tapi dibandingkan pekan sebelumnya, harga perak masih melemah 4,4%.
Andri Hardianto, Research and Analyst Asia Tradepoint Futures, mengatakan, perbaikan harga perak akhir pekan lalu karena alasan teknikal. Setelah mencapai titik terendahnya, harga cenderung kembali naik.
Menurut dia, secara fundamental hingga kini masih banyak sentimen negatif yang membayangi pergerakan perak. Menjelang libur akhir tahun, pelaku pasar memilih bermain aman. Meski tergolong sebagai komoditas safe haven, hal itu tak berhasil membuka ruang penguatan harga perak.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed dinilai cukup menghantam posisi perak sebagai safe haven. Ditambah lagi, saat ini kepemilikan aset perak di Ishares Silver Trust terus turun. Per Kamis lalu, nilai aset perak di Ishares bertahan di 10.534,54 ton, atau turun 73,74 metrik ton. Padahal sehari sebelumnya perak tercatat stabil di level 10.608,28 ton.
"Harga perak akhir tahun akan berada di US$ 14 per ons troi," prediksi Andri. Untuk Senin (19/12), harga perak masih bisa menguat di kisaran US$ 15,8-US$ 16,2 per ons troi. Selama sepekan ke depan, perak diprediksikan US$ 14,8-US$ 16,8 per ons troi.
"Satu-satunya peluang harga naik datang dari posisi perak sebagai logam industri. Itu membuka ruang penguatan," kata Andri.
Namun sentimen perak sebagai logam industri itu juga masih bergantung pada kondisi manufaktur China dan kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump di tahun depan. Jika kedua negara itu memutuskan memberi stimulus di sektor industri dan manufaktur, maka pamor perak akan terangkat.
Di sisi lain, Andri memprediksi harga perak akan terangkat apabila ada peningkatan permintaan panel surya untuk mengurangi emisi karbon. Apalagi saat ini PBB menargetkan menjaga global warming di bawah level 2 derajat celcius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News