Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pelemahan harga nikel di pasar komoditas tahun 2013, telah menyurutkan volume penjualan feronikel ANTAM sepanjang tahun lalu. Tercatat, harga nikel rata-rata pada tahun 2013 lalu turun 19% menjadi US$ 6,32 per pon dari tahun sebelumnya US$ 7,81 per pon.
Menurut Tri Hartanto, Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), penurunan harga nikel telah mendorong manajemen perusahaan untuk mengerem penjualan feronikel tahun lalu. Maka, volume penjualan feronikel di 2013 lalu hanya mencapai 14.441 TNi, lebih rendah 26,06% yoy dari tahun 2012 lalu sebesar 19.531 TNi.
Dampaknya, pendapatan feronikel ANTAM hanya membukukan sekitar Rp 2,07 triliun, atau menyumbang 18,33% terhadap total pendapatan ANTAM tahun lalu sebesar Rp 11,29 triliun.
Sementara, volume produksi feronikel pada kuartal empat tahun lalu mencatat 3.956 TNi dengan volume penjualan feronikel di kuartal yang sama sebesar 2.974 TNi. Nilai penjualan komoditas feronikel sepanjang kuartal terakhir sebesar Rp 352 miliar.
Adapun, kebijakan pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah, diharapkan dapat memperbaiki harga nikel tahun ini. Untuk itu, perusahaan menargetkan kenaikan volume penjualan feronikel menjadi 20.000 TNi, naik 38% dari realisasi penjualan 2013 lalu. Sementara, volume produksinya ditargetkan sebesar 18.000 TNi.
"Untuk itu perusahaan berusaha mempercepat penyelesaian proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) pada tahun ini," ujar Tri Hartono. Sebelumnya, ia mengungkapkan, alokasi dana perluasan proyek ini akan mencapai Rp 2,1 triliun, yang diambil dari belanja modal perusahaan tahun ini sebesar Rp 2,878 triliun. Smelter yang berlokasi di kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara tersebut akan mampu menghasilkan sekitar 25.000 ton per tahun. Sementara, saat ini kapasitas pabrik baru mencapai 18.000-20.000 ton feronikel per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News