Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel mulai mengalami penurunan. Salah satu sentimen yang berpengaruh adalah kebijakan lockdown di China.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan, kebijakan zero Covid-19 di China membuat pemberlakuan lockdown menjadi tarik-ulur. Kebijakan ini cukup menjadi sentimen negatif bagi harga nikel.
Saat ini, harga nikel bertengger di kisaran US$ 21.455 per ton, dan masih berada di atas posisi akhir tahun lalu (31 Desember 2021) , yakni US$ 20.693 per ton. Namun, Felix menyebut saat ini harga nikel relatif sudah terdiskon cukup banyak dari level tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH), yakni di kisaran US$ 48.211 per ton.
Namun, jika China sudah melonggarkan mobilitasnya dalam rentang waktu yang lama, hal ini dinilai Felix bisa menjadi katalis positif untuk harga nikel. Proyeksi dia, kemungkinan harga nikel akan berada di level US$ 25.000 sampai US$ 30.000 per ton.
Baca Juga: Suku Bunga BI Belum Berubah, Intip Rekomendasi Saham Emiten Properti Berikut
Hal ini dinilai menjadi pendorong harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) bagi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ke depan. Menurut Felix, naiknya ASP ini bisa menjadi faktor yang menutup penurunan produksi INCO di kuartal kedua 2022. Prospek INCO juga dipoles oleh masuknya Ford Motor Co. di proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) di Pomalaa.
“Ini menjadi sinergi yang apik juga kepada Ford khususnya untuk menyuplai baterai listrik kendaraan mobil listriknya,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (22/7).
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga menilai, lockdown yang terjadi di China mengganggu rantai pasokan nikel. Hal ini menyebabkan terganggunya rantai pasokan nikel dan memperlambat ekspansi industri serta menunda proyek properti dan infrastruktur.
Namun, pelonggaran lockdown di China diyakini akan memulihkan penjualan pada kuartal ketiga 2022. Hanya saja, pemerintah China mengatakan akan mempertahankan kebijakan zero Covid-19.
Oleh karena itu, BRI Danareksa Sekuritas merevisi rating pertambangan logam, khususnya sektor nikel, menjadi netral dari overweight.
Baca Juga: ICBP dan INDF Tebar Dividen, Simak Besaran dan Rekomendasi Sahamnya
Hasan juga merevisi turun perkiraan harga nikel untuk tahun 2022 dan 2023 sebesar masing-masing sebesar 12,5% dan 15% menjadi US$ 21.000 per ton dan US$ 17.000 per ton.
Hasan menyematkan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga Rp 6.600. Felix juga menyematkan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga Rp 8.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News