kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.234.000   12.000   0,54%
  • USD/IDR 16.649   -57,00   -0,34%
  • IDX 8.061   -62,18   -0,77%
  • KOMPAS100 1.116   -6,99   -0,62%
  • LQ45 794   -8,46   -1,05%
  • ISSI 281   -0,59   -0,21%
  • IDX30 416   -5,26   -1,25%
  • IDXHIDIV20 474   -4,96   -1,04%
  • IDX80 123   -1,09   -0,88%
  • IDXV30 132   -1,66   -1,24%
  • IDXQ30 131   -1,19   -0,90%

Harga Nikel Berfluktuasi, Simak Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)


Selasa, 30 September 2025 / 16:48 WIB
Harga Nikel Berfluktuasi, Simak Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)
ILUSTRASI. PT Vale Indonesia Tbk PT (INCO) diproyeksi menghadapi tantangan dalam meningkatkan kinerja semester II-2025, salah satunya fluktuasi harga nikel. ANTARA FOTO/Jojon/Spt.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk PT (INCO) diproyeksi menghadapi sejumlah tantangan untuk meningkatkan kinerja pada semester II – 2025. Tantangan itu di antaranya terkait fluktuasi harga nikel hingga beban produksi yang bisa menekan margin. 

Pada semester I – 2025, laba bersih INCO turun 32% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$ 25,2 juta. Pendapatan INCO juga turun 11% secara YoY menjadi US$ 426,7 juta, karena harga jual rata-rata (ASP) nikel matte turun 5% menjadi US$ 12.014/ton. 

Arief Machrus, Analis Ina Sekuritas mencatat bahwa pada kuartal II – 2025, laba bersih INCO anjlok 89% secara YoY menjadi US$ 3,5 juta. Hal ini karena tertekan oleh kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 12% secara quarter on quarter (QoQ) akibat kenaikan biaya bahan bakar, meskipun terjadi penurunan biaya operasional sebesar 3%. 

Baca Juga: IHSG Perkasa ke 8.081,5 di Akhir Sesi Pertama, ADRO, INCO, SMRA Jadi Top Gainers LQ45

Tercatat pada tahun 2025, INCO mendapatkan persetujuan pemerintah untuk meningkatkan kuota bijih saprolit dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKAB) dari 290.000 menjadi 2,2 juta metrik ton basah (wmt/wet metrik ton), yang secara signifikan meningkatkan potensi penjualan bijihnya. 

“Manajemen merevisi asumsi segmen bijih nikel untuk mencerminkan kuota yang lebih tinggi, di samping proyeksi harga jual rata-rata dan biaya yang diperbarui. Penyesuaian serupa dilakukan pada segmen nikel matte untuk memperhitungkan tren konsumsi bahan bakar aktual,” ujar Arief dalam risetnya pada 13 Agustus 2025.  

Ke depannya, pertumbuhan INCO akan didukung oleh proyek smelter Bahadopi dan Pomalaa, yang keduanya berjalan lebih cepat dari jadwal. Proyek Bahadopi diperkirakan akan memulai produksi bijih nikel pada akhir tahun 2025. Sementara Pomalaa dijadwalkan pada tahun 2026. 

“Proyek-proyek ini, bersama dengan perluasan kuota produksi, peningkatan transparansi biaya, dan inisiatif efisiensi energi, diharapkan dapat memperkuat profitabilitas pada semester kedua tahun 2025,” kata Arief. 

Perusahaan juga sedang mengembangkan ekspansi hilir melalui proyek Pelindian Asam Bertekanan Tinggi (HPAL). Proyek ini bertujuan untuk memasok nikel tingkat baterai ke pasar kendaraan listrik dan penyimpanan energi yang sedang berkembang pesat. 

Benny Kuriawan, Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia mengatakan, premi harga bijih saprolit kadar tinggi (1,7% ke atas) naik menjadi lebih dari US$ 22 – US$ 25/wmt di kuartal kedua dan tetap tinggi di kuartal ketiga. 

“Saprolit INCO sebanyak 2,2 juta wmt dari blok Bahodopi kemungkinan akan dihargai US$ 55/wmt, jauh di atas perkiraan awal kami sebesar US$ 44 – US$ 46/wmt,” ujar Benny dalam risetnya pada 17 September 2025. 

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Teknikal ENRG, INCO dan KLBF untuk Hari Ini (23/9)

Meskipun JP Morgan meyakini kondisi harga bijih saprolit yang kuat akan bertahan, sebagian besar penjualan bijih INCO kepada mitra HPAL akan berupa limonit. “Tidak seperti saprolit, limonit tidak menikmati harga premium karena pasokannya tetap melimpah,” kata Benny. 

JP Morgan juga telah meningkatkan proyeksi harga jangka panjang untuk saprolite INCO menjadi US$ 42/wmt (dari US$ 38/wmt). Tetapi mempertahankan harga limonit tetap di US$ 16/wmt. “Kami juga telah menyesuaikan tingkat pembayaran nikel matte INCO menjadi 82% (dari 78%), sesuai dengan kontrak terbaru,” terang Benny.  

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan mengatakan, produksi nickel matte hingga kuartal II menunjukkan pertumbuhan yang baik secara kuartalan, ditambah persetujuan revisi RKAB yang memungkinkan penjualan saprolite ore dari Blok Bahodopi menjadi katalis tambahan. Ini membuka potensi peningkatan kontribusi pendapatan mulai akhir tahun, apalagi jika realisasi harga jual juga tetap stabil.

Namun, tentu masih ada tantangan yang perlu diwaspadai. Pertama, fluktuasi harga nikel global yang sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi Tiongkok dan permintaan baterai EV. Kedua, beban produksi dan logistik yang bisa menekan margin jika tidak diantisipasi dengan baik. Ketiga, risiko penundaan ekspansi atau proyek HPAL karena pembiayaan yang cukup besar, mengingat INCO juga sedang menyiapkan skema pembiayaan untuk tahun 2026–2027 yang nilainya bisa mencapai US$ 1 miliar – US$ 1,2 miliar.

Ekky melihat sentimen yang perlu dicermati hingga akhir tahun adalah perkembangan proyek hilirisasi (HPAL, Bahodopi), stabilitas harga nikel, serta kelanjutan komitmen dari mitra strategis seperti Huayou dan GEM China. 

“Selain itu, arah kebijakan pemerintah di sektor pertambangan dan hilirisasi juga menjadi kunci karena akan memengaruhi keekonomian proyek jangka panjang INCO,” ujar Ekky kepada Kontan, Selasa (30/9/2025). 

Benny memproyeksikan pendapatan dan laba bersih INCO pada tahun 2025 adalah US$ 951 juta dan US$ 76 juta. Pada tahun 2024, INCO membukukan pendapatan US$ 950,38 juta dan laba bersih US$ 57,76 juta. 

Arief dan Ekky merekomendasikan buy saham INCO dengan target harga masing – masing Rp 4.650 per saham dan Rp 5.000 per saham. Sedangkan Benny merekomendasikan netral saham INCO dengan target harga Rp 4.100 per saham.

Selanjutnya: DPK BTN Tumbuh 7,37% per Agustus 2025 Salah Satunya Ditopang oleh Giro

Menarik Dibaca: IHSG Berakhir di Zona Merah, Ditutup Turun 0,77% (30/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×