kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga Minyak Turun Lagi, Kontrak Brent Berada di US$ 100 per Barel


Senin, 18 Juli 2022 / 08:55 WIB
Harga Minyak Turun Lagi, Kontrak Brent Berada di US$ 100 per Barel
ILUSTRASI. Harga minyak turun lagi setelah melemah dua pekan beruntun.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun lagi setelah melemah dua pekan beruntun. Senin (18/7) pukul 8.36 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2022 di New York Mercantile Exchange turun 0,76% ke US$ 96,85 per barel dari posisi akhir pekan lalu US$ 97,59 per barel.

Harga minyak Brent kontrak September 2022 di ICE Futures melemah 0,44% ke US$ 100,71 per barel. Pekan lalu, harga minyak acuan internasional ini ditutup pada US$ 101,16 per barel setelah turun di bawah level US$ 100 per barel pada tiga hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.

Perhatian pasar beralih kembali ke meningkatnya kasus Covid-19 di China. Prospek penguncian (lockdown) lagi mengurangi permintaan bahan bakar di negara pengimpor minyak utama dunia ini.

Baca Juga: Harga Emas Bergerak Tipis di Atas US$ 1.700 Setelah Turun 5 Pekan Beruntun

China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, pada hari Minggu melaporkan 691 kasus baru Covid-19 untuk hari Sabtu, naik dari 547 pada hari sebelumnya. Kasus penularan lokal mencapai angka tertinggi sejak 23 Mei.

"Minyak membuka minggu ini lebih lemah karena pasar mencerna dampak permintaan dari kenaikan kasus baru Covid di China dan karena pasar dengan hati-hati menunggu risiko peristiwa monumental jika aliran gas Nord Stream 1 dari Rusia ke Eropa akan dilanjutkan akhir pekan ini," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management kepada Reuters.

Pipa Nord Stream 1, sistem terbesar yang membawa gas alam Rusia ke Jerman, memulai pemeliharaan tahunan pada 11 Juli yang berlangsung 10 hari. Pemerintah, pasar, dan perusahaan khawatir penutupan dapat diperpanjang karena perang di Ukraina.

Baca Juga: Pungutan Ekspor CPO Dihapus, Cek Rekomendasi Saham Emiten CPO

Kehilangan pasokan gas itu akan memukul Jerman, ekonomi terbesar keempat di dunia, dengan keras dan meningkatkan ancaman resesi.

Seperti prediksi, perjalanan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Arab Saudi gagal menghasilkan janji dari produsen utama OPEC untuk meningkatkan pasokan minyak. Harapan tidak adanya minyak tambahan membantu mendorong harga naik Jumat lalu menjelang pembicaraan Biden dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Biden ingin produsen Timur Tengah meningkatkan produksi untuk membantu menjinakkan harga minyak dan menurunkan inflasi.

Pertemuan OPEC+ akan berlangsung pada 3 Agustus. Pasar minyak akan mengamati pertemuan bulanan OPEC+ dengan ketat karena pakta produksi mereka yang ada berakhir pada September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×