kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Harga Minyak Turun di Tengah Aksi Pasar Menunggu Sinyal Pemulihan Permintaan di China


Jumat, 03 Februari 2023 / 16:21 WIB
Harga Minyak Turun di Tengah Aksi Pasar Menunggu Sinyal Pemulihan Permintaan di China
ILUSTRASI. Pompa minyak. REUTERS/Pascal Rossignol


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak melandai karena pasar tengah menunggu tanda-tanda pemulihan permintaan bahan bakar di China untuk mengimbangi kemerosotan permintaan di sejumlah negara ekonomi utama lainnya.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 34 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 81,83 per barel pada 0740 GMT. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 37 sen, atau 0,5%, ke level US$ 75,51.

Harga minyak telah turun lebih dari 5% sepanjang minggu ini, dengan sinyal beragam pada pemulihan permintaan bahan bakar di China, sebagai importir minyak utama di dunia telah membatasi pergerakan harga minyak.

Analis ANZ menunjuk pada lonjakan lalu lintas yang tajam di 15 kota terbesar China setelah liburan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga: Harga Minyak Menuju Pelemahan Mingguan di Tengah Tanda Pemulihan China

Prospek pemulihan ekonomi di China setelah meredanya pembatasan COVID-19 telah mendukung pasar minyak sepanjang tahun ini, bersamaan dengan sentimen pelemahan dolar.

Dolar telah jatuh karena kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve tidak lagi diharapkan. Namun, bank sentral di sejumlah negara ekonomi utama lainnya terus menaikkan suku bunga yang lebih besar meski inflasi telah mereda.

Sementara didukung oleh greenback yang lebih lemah, harga minyak dibatasi oleh prospek pertumbuhan yang lambat di Amerika Serikat yang merupakan konsumen minyak terbesar dunia dan resesi di sejumlah negara termasuk Inggris, Eropa, Jepang dan Kanada.

"Prospek permintaan minyak mentah memerlukan tanda yang jelas bahwa pembukaan kembali China akan berjalan mulus, dan momentum pertumbuhan ekonomi AS tidak memburuk dengan cepat," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×