kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Harga minyak tersiram data ekonomi China


Rabu, 24 April 2013 / 08:17 WIB
Harga minyak tersiram data ekonomi China
ILUSTRASI. perusahaan pelayaran alias perkapalan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD). Foto Dok LEAD


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga minyak mentah kembali terkoreksi setelah tiga hari terakhir menguat. Indeks manufaktur China yang menurun menjadi salah satu penyebabnya.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2013 di Bursa Nymex, Selasa (23/4) pukul 16.49 WIB WIB, turun 0,92% menjadi US$ 88,37 per barel dibanding harga sehari sebelumnya. Sejak awal bulan ini, harga minyak telah melemah sebesar 9,25%.

Menurut HSBC, Purchasing Manufacture Indeks (PMI) China menurun dari sebelumnya 51,6 menjadi 50,5 di bulan Maret. Walaupun indeks masih di atas 50, tetapi penurunan ini menegaskan perlambatan ekonomi di China.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures, mengatakan, data penjualan rumah di Amerika Serikat (AS) yang turun juga menekan harga minyak. Kedua sentimen itu cukup menekan harga minyak lantaran AS dan China merupakan konsumen minyak terbesar dunia. Jika ekonomi kedua negara itu belum pulih, permintaan minyak dunia pun akan berkurang.

Sampai akhir pekan ini, Nizar melihat, pergerakan harga minyak masih menurun. Rilis indeks manufaktur Eropa yang juga diperkirakan bakal turun akan semakin menekan harga minyak. Selain itu, data cadangan minyak mingguan AS yang proyeksinya naik juga akan ikut menyeret turun harga komoditas ini.

Pekan ini memang merupakan pekan yang krusial bagi minyak. "Tidak hanya data indeks manufaktur dan cadangan minyak saja, rilis produk domestik bruto (PDB) AS dan data penjualan rumah baru AS akan semakin menentukan arah pergerakan minyak," kata Nizar.

Bergerak turun

Ariana Nur Akbar, analis senior Monex Investindo Futures menambahkan, harga minyak bisa terangkat jika stimulus moneter di sejumlah negara bisa membangkitkan aktivitas industri. "Keberadaan stimulus bisa mengangkat harga minyak dalam jangka menengah maupun jangka panjang," kata dia.      
Secara teknikal, harga minyak terlihat melemah terbatas. Moving average (MA) menunjukkan harga bergerak di bawah MA 25,50, mengindikasikan potensi bearish. Moving average convergence divergence (MACD) masih di area negatif, di level -1,1 dengan kecenderungan turun.

Nizar memprediksikan, harga minyak sepekan ini akan turun di US$ 87,00-US$ 90,00 per barel. Proyeksi Ariana, harga minyak di US$ 87,44-US$ 89,60 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×