Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak merosot 2% pada di tengah kekhawatiran bahwa Rusia mungkin tidak setuju dengan penurunan produksi OPEC+ yang lebih curam untuk mendukung harga si hitam. Belum lagi momok pelambatan ekonomi yang berkepanjangan karena wabah virus corona juga menghantui.
Mengutip Reuters, Jumat (6/3) pukul 17.30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures turun US$ 1,20, atau 2,4%, pada US$ 48,79 per barel.
Serupa, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di Nymex melemah US$ 1, atau 2,1% menjadi US$ 44,90 per barel.
Baca Juga: Tertekan wabah corona, ICP bulan Februari turun jadi US$ 56,61 per barel
Seperti diketahui, saat ini Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sedang mengadakan menghadapi krisis dengan sekutu-sekutunya setelah kelompok itu mengatakan kepada Rusia dan yang lainnya bahwa mereka mendukung tambahan 1,5 juta barel per hari (bpd) pengurangan minyak hingga akhir tahun 2020.
Kesepakatan baru akan membuat pembatasan pasokan oleh OPEC dan sekutunya, pengelompokan yang dikenal sebagai OPEC +, menjadi total 3,6 juta barel per hari, atau sekitar 3,6% dari pasokan global hingga akhir 2020.
Negara-negara non-OPEC diharapkan memberikan kontribusi 500.000 barel per hari untuk keseluruhan pemotongan tambahan. Namun Rusia dan Kazakhstan, keduanya anggota OPEC +, belum menyetujui pengurangan yang lebih dalam. Alhasil, harga minyak mentah jatuh ke level terendah sejak 2016.
Sebenarnya, beberapa analis melihat kemungkinan akhir bahwa Rusia setuju dengan proposal ini. "Jika itu mengatakan tidak, seluruh serikat pekerja bisa runtuh," kata RBC Capital Markets dalam sebuah catatan penelitian.
"Akan ada serangkaian panggilan tingkat tinggi antara Moskow, Riyadh dan Abu Dhabi untuk menyelesaikan kesepakatan."
Baca Juga: Harga minyak runtuh setelah sekutu OPEC belum setuju pemangkasan produksi lebih dalam
Kekhawatiran tentang lingkungan ekonomi membanjiri dampak positif dari pemotongan output besar yang diusulkan, kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets.
Pada Jumat (6/3), pasar saham global jatuh karena gangguan terhadap bisnis dari penyebaran epidemi virus corona memburuk. Saham Eropa dibuka melemah tajam, dengan saham transportasi menanggung beban terbesar.
Namun, setelah menandai kinerja mingguan terburuknya sejak krisis keuangan 2008 seminggu yang lalu, MSCI All-Country World Index naik 1,7% minggu ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News