Reporter: Agus Triyono, Cindy Silviana Sukma | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga minyak mentah sedang dalam tekanan. Krisis geopolitik di Timur Tengah telah menekan harga minyak. Alhasil, harga minyak terus tergelincir selama sepekan terakhir ini.
Di New York Mercantile Exchange, Jumat (27/9), harga minyak jenis WTI untuk pengiriman November melemah 0,16% menjadi US$ 102,87 per barel. Dengan penurunan ini, sejak 18 September lalu harga minyak sudah tergelincir sampai dengan 4,12%.
Ketegangan geopolitik di dua negara Timur Tengah yaitu Mesir dan Suriah, beberapa waktu belakangan ini sudah mulai mengendur. Di Suriah, misalnya, ketegangan politik semakin mereda setelah akhir pekan lalu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mensahkan resolusi yang bertujuan untuk membebaskan Suriah dari senjata kimia.
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, disepakatinya resolusi tersebut telah mengurangi kekhawatiran pasar terhadap terjadinya ancaman produksi dan distribusi minyak dari kawasan Timur Tengah. Alhasil, harga minyak tertekan.
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo bilang, harga minyak di beberapa hari terakhir ini juga mendapatkan pemberat dari Iran. Hubungan salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia tersebut yang kian harmonis dengan AS, khususnya terkait dengan program nuklir di Iran, telah meredakan kekhawatiran pasar terhadap memanasnya situasi di Iran.
Tekanan lain juga datang dari alotnya pembahasan anggaran dan penentuan batas utang AS yang dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan permintaan dari salah satu konsumen minyak terbesar di dunia tersebut. Tekanan terakhir adalah membaiknya sejumlah data ekonomi penting di AS. "Perbaikan data ekonomi pasar tersebut memicu spekulasi bahwa proses pengurangan stimulus AS bakal dipercepat. Itu membuat harga komoditas termasuk minyak tertekan," kata Zulfirman.
Zulfirman memperkirakan, tekanan harga minyak kemungkinan besar masih akan berlanjut di sepanjang pekan ini. Selain kondisi fundamental yang belum mendukung, dari sisi teknikal pun terlihat, tekanan harga minyak masih belum usai.
Menurut Zulfirman, secara teknikal, pergerakan mingguan harga minyak sepekan ini masih menunjukkan adanya potensi tekanan. Potensi tersebut bisa dilihat dari posisi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang masih berada di area negatif. Tekanan lain, juga ditunjukkan oleh pergerakan turun indikator relative strength index (RSI).
Ia memperkirakan, dalam sepekan ini, harga minyak akan tertekan di kisaran US$ 98 - US$ 106 per barel. Sedangkan, Nizar memperkirakan, sepekan ini, harga minyak akan tertekan di kisaran US$ 100- US$ 104 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News