kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Stabil di Tengah Prediksi Inflasi Tinggi dan Resesi


Selasa, 18 Oktober 2022 / 09:47 WIB
Harga Minyak Stabil di Tengah Prediksi Inflasi Tinggi dan Resesi
ILUSTRASI. Harga minyak bertahan stabil karena kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi dan biaya energi dapat menyeret ekonomi global ke dalam resesi.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis pada Selasa (18/10). Pukul 8.30 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2022 di New York Mercantile Exchange menguat tipis ke US$ 85,51 per barel dari posisi kemarin US$ 85,56 per barel.

Sedangkan harga minyak WTI kontrak Desember 2022 di ICE Futures menguat tipis ke US$ 91,72 per barel dari posisi kemarin US$ 91,62 per barel.

Harga minyak bertahan stabil karena kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi dan biaya energi dapat menyeret ekonomi global ke dalam resesi. Kekhawatiran inflasi dan resesi ini mengimbangi kelanjutan kebijakan moneter longgar China.

"Inflasi AS tetap menjadi topik utama dan dengan The Fed akan menaikkan suku setidaknya hingga tahun depan, ada kekhawatiran bahwa kehancuran permintaan akan meningkat," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Minyak Terungkit, Kebijakan Moneter Longgar China Imbangi Kekhawatiran Resesi

Bank sentral China mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah untuk bulan kedua. Langkah ini menjadi sinyal bahwa kebijakan moneter longgar akan dipertahankan.

Pemerintah China juga akan sangat meningkatkan kapasitas pasokan energi domestik dan meningkatkan pengendalian risiko pada komoditas utama termasuk batubara, minyak, gas, dan listrik, kata seorang pejabat senior Administrasi Energi Nasional, Senin.

Perdagangan China dan data PDB kuartal ketiga, bersama dengan data aktivitas September, akan dirilis pada hari Selasa. pertumbuhan ekonomi diperkirakan rebound dari kuartal sebelumnya. Tetapi pertumbuhan ekonomi tahunan China berpotensi mencatat angka terburuk dalam hampir setengah abad.

Sementara itu, dolar AS yang kuat dan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve membantu menahan kenaikan harga minyak. Presiden Fed St Louis James Bullard pada hari Jumat mengatakan inflasi makin merusak dan sulit untuk ditahan. Dia menjamin lanjutan frontloading melalui kenaikan suku bunga yang lebih besar dari tiga perempat poin persen.

Baca Juga: Harga Minyak Masih Tinggi, SKK Migas Pastikan Kinerja Hulu Terus Digenjot

Pejabat Dana Moneter Internasional Gita Gopinath mengatakan inflasi di Amerika Serikat tetap tinggi dan pertumbuhan di negara-negara Uni Eropa diperkirakan akan melemah menjadi 0,5%.

"Sudah beberapa minggu yang bergejolak di pasar minyak dari kekhawatiran pertumbuhan global hingga pengurangan produksi OPEC+ berukuran super dan tampaknya mereka belum sepenuhnya tenang," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Pasokan minyak kemungkinan akan tetap ketat setelah OPEC dan sekutunya termasuk Rusia berjanji pada 5 Oktober untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari. Sementara ancaman Amerika Serikat (AS) atas gangguan hubungan dengan Arab Saudi setelah pemangkasan produksi OPEC+, memicu volatilitas lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×