Reporter: Diade Riva Nugrahani,Harris Hadinata | Editor: Test Test
JAKARTA. Setelah sempat terbang bersama topan Gustav, harga minyak dunia kembali ambrol. Pada hari Selasa (2/9), pukul 20.20 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun hingga US$ 107,07 per barel, atau turun 7,27% dibanding posisi sebelumnya di US$ 115,46 per barel. Malahan, harga minyak sempat jatuh hingga US$ 105,46 per barel.
Menurut Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman, penurunan harga minyak terjadi karena berkurangnya aktivitas para spekulator. "Dengan demikian harga minyak menyeseuaikan dengan permintaan yang sesungguhnya," kata Norico. Selain itu, pelemahan minyak juga didukung oleh penurunan status topan Gustav menjadi badai tropis biasa.
Celakanya penurunan harga minyak juga merembet ke harga komoditas lain. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) untuk kontrak pengiriman November di Malaysian Derivative Exchange (MDEX) turun 5,19% menjadi RM 2.484 (US$ 726) per metrik ton. Harga emas juga di London Metal Exchange juga turun ke level US$ 796,21 per troy ounce, atau turun 2,63% dibanding posisi sebelumnya di US$ 817,7 per troy ounce.
Analis menilai penurunan harga komoditas hanya sementara. Ke depan harga minyak masih berpeluang naik. Norico menilai penurunan harga minyak hanya koreksi akibat penguatan harga terus-menerus. Apalagi, kata analis Panca Global Securities Betrand Raynaldi, suplai minyak cenderung menipis karena produsen tidak menemukan cadangan minyak baru. "Kalau ditemukan ladang minyak, baru harga minyak bisa turun," ucap Betrand.
Norico menilai sampai akhir tahun, harga minyak masih bisa mencapai US$ 120 sampai US$ 150 per barelnya. Namun analis Vibiz Riset Alfred Pakasi justru menilai harga minyak hingga akhir tahun bisa turun hingga US$ 98 per barel. Pasalnya, kenaikan harga minyak hingga mencapai US$ 100 per barel lebih karena spekulasi, bukan karena faktor suplai dan permintaan, "Kalau normal, harga minyak harusnya di US$ 90 per barel," tandas Alfred.
Karena itu, harga komoditas lainnya juga masih cenderung mengalami penurunan sampai akhir tahun. Menurut Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Peter Chin Fah Kui harga CPO bisa turun ke bawah RM 2.425 jika minyak jatuh ke bawah US$ 100 per barel. Hanya saja, harga emas di akhir tahun bisa meningkat. Pasalnya, menjelang akhir tahun ini ada banyak perayaan di seluruh dunia. Misalnya saja Festival Diwali di India dan Idul Fitri di Indonesia. Dus, permintaan emas dunia akan meningkat. Menurut Norico, hingga akhir tahun harga emas bisa mencapai US$890 - 900 per troy ounce.
Selain menyeret harga komoditas, penurunan harga minyak juga mengangkat nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap berbagai mata uang. Dolar AS mencapai level tertingginya selama 6 bulan terhadap euro, yaitu di US$ 1,4501 per euro (pukul 20.52 WIB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News