kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga minyak sawit potensial tergelincir


Rabu, 18 September 2013 / 08:46 WIB
Harga minyak sawit potensial tergelincir
ILUSTRASI. Konsumen membeli cat di toko ritel dan bahan bangunan Mitra 10 usai peresmian di Cikarang Jawa Barat, Kamis (30/11).


Reporter: Agus Triyono, Sunarti Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) menguat dalam tiga hari berturut-turut. Harga CPO masih mendaki karena kenaikan ekspor dari Malaysia. Ekspor CPO selama 15 hari pertama bulan September naik 14% dibanding periode yang sama bulan Agustus.

Harga CPO untuk pengiriman November 2013 di Bursa Derivatif Malaysia, Selasa (17/9) ditutup menguat 0,43% menjadi RM 2.358 per ton. Penguatan harga CPO juga dipicu keputusan Malaysia untuk mempertahankan pajak ekspor CPO dalam delapan bulan berturut-turut.

Meski masih menguat, ada potensi koreksi harga CPO dalam jangka pendek. "Bulan- bulan ini biasanya produksi tinggi. Jadi pertanyaannya, apakah ekspor CPO yang terjadi sekarang ini bisa memperbaiki harga, itu perlu dilihat lagi," kata James Ratnam, analis TA Securities Holding Bhd kepada Bloomberg.

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, CPO masih mendapatkan angin segar dari laporan ekspor. Namun, pada saat bersamaan, Dewan Sawit Malaysia juga melaporkan bahwa tingkat produksi CPO di Malaysia pada Agustus naik 3,6% menjadi 1,74 juta ton, atau mencapai level tertinggi sejak Desember tahun lalu.

Ariston memperkirakan, harga CPO dalam beberapa waktu ke depan kemungkinan besar sulit menguat. Menurut prediksi Ariston, sampai akhir tahun harga komoditas CPO tidak akan kuat menembus level harga RM 2.600 per metrik ton. "Tidak pula akan jatuh tajam. Area RM 2.150 akan menjadi support kuat yang menahan pelemahan," ujar Ariston.

Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia mengatakan, harga CPO masih berpotensi melemah karena tidak stabilnya pertumbuhan ekonomi global. Tekanan lain datang dari aksi tunggu pasar terhadap hasil rapat FOMC yang akan diumumkan Kamis pekan ini.

Ariston mengatakan, sepekan ke depan, harga CPO akan melemah datar. Ini bisa dilihat dari pergerakan moving average convergence divergence (MACD) yang hanya bergerak datar di area RM 2.200 - RM 2.390 per metrik ton. Namun, pergerakan indikator stochastic yang mendekati area overbought dan mulai turun akan menekan harga CPO.

Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, harga CPO kemungkinan besar akan mendatar di kisaran RM 2.200-RM 2.360 per metrik ton. Juni menduga, sepekan ke depan, harga CPO akan melemah di kisaran RM 2.280-RM 3.240 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×