Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) masih terjaga di level rendah. Meskipun ekspor CPO dari Malaysia meningkat tapi belum mampu mengerek harga. Sedangkan, nilai tukar mata uang ringgit tengah menguat dan menjadi sentimen negatif bagi harga minyak sawit.
Mengutip Bloomberg, Kamis (22/5) pukul 15.00 WIB, minyak sawit untuk kontrak pengiriman bulan Agustus 2014 di Bursa Derivatif Malaysia berada di level RM 2.518 per metrik ton. Harga naik tipis dibandingkan hari sebelumnya RM 2.505 per metrik ton yang menjadi level terendah selama empat bulan.
Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures bilang, sentimen negatif harga CPO salah satunya datang dari penguatan mata uang ringgit. "Harga CPO sulit menanjak," kata Ariston.
Hambatan harga CPO lainnya yakni lesunya permintaan dari China karena adanya pengetatan kredit perbankan. Kondisi ini menggerus impor dari China termasuk komodotas minyak sawit.
Kendati demikian, laporan ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Mei 2014 menunjukkan kenaikan. Intertek Testing Service (ITS) Malaysia melaporkan, ekspor CPO sepanjang 20 hari pertama bulan Mei 2014 naik 18,5% dibanding periode sama bulan lalu. Ekspor CPO naik dari 722.170 metrik ton menjadi 856.128 metrik ton.
Laporan ITS juga didukung survei dari Societe Generale de Surveillance (SGS) yang mencatat, ekspor CPO Malaysia pada periode yang sama naik 19,1% dari 717.842 metrik ton menjadi 854.791 metrik ton. Sayangnya, data ekspor minyak sawit Malaysia tak mampu mengerek harga.
Jelang Puasa
Dian Agustina, analis MNC Securities menuturkan, pelemahan harga CPO dalam tiga hari terakhir mulai berbalik arah. Penguatan tipis harga CPO terjadi karena harga minyak kedelai yang naik akibat permintaan China meningkat. Minyak kedelai merupakan pesaing CPO.
“Data manufaktur PMI China yang positif berpeluang mendorong permintaan CPO dari negara importir terbesar tersebut,” ungkap Dian. Kenaikan harga bisa berlanjut dengan semakin dekatnya bulan puasa karena kebutuhan bahan makanan berbahan dasar CPO biasanya melonjak.
Secara teknikal, Ariston menilai, pergerakan harga CPO relatif tertekan. Ini tercermin dari harga yang berada di bawah moving average (MA) 200, MA 50 dan MA 100. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif, karena garis MACD berada di bawah garis sinyal. Ini menunjukkan arah downtrend.
Indikator lain yaitu stochastic telah memasuki area jenuh jual mengindikasikan harga masih bisa melanjutkan penurunan. Demikian juga dengan relative strength index (RSI) yang bergerak turun dan berada di level 32%.
Ariston memperkirakan, harga CPO akan tergerus dalam waktu dekat. Support terdekat dalam sepekan ke depan di RM 2.486 per metrik ton. Ini merupakan level terendah bulan Januari 2014. Sementara, level resistance berada di level RM 2.550 per metrik ton.
Sedangkan, Dian menduga, harga CPO sepekan berkisar di RM 2.500-RM 2.550 per metrik ton. Hingga akhir semester I-2014, harga diperkirakan menanjak dengan kisaran antara RM 2.575-RM 2.650 per metrik ton karena akan memasuki bulan puasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News