kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga Minyak Mentah Turun Terseret Data China, Brent ke US$93,10 dan WTI ke US$84,66


Senin, 24 Oktober 2022 / 11:51 WIB
Harga Minyak Mentah Turun Terseret Data China, Brent ke US$93,10 dan WTI ke US$84,66
ILUSTRASI. Kilang minyak mentah


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun pada hari Senin (24/10). Setelah China merilis data perdagangan yang menunjukkan bahwa permintaan minyak mentah terbesar di dunia tetap lesu pada bulan September karena kebijakan Covid-19 yang ketat dan pembatasan ekspor bahan bakar menekan konsumsi.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember turun 40 sen atau 0,4% menjadi US$93,10 per barel pada 0340 GMT setelah naik 2% minggu lalu. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember berada di US$84,66 per barel, turun 39 sen, atau 0,5%.

Baca Juga: Kenduri Meriah Harga Komoditas, IHSG Paling Jaya di Asia

Meskipun naik dari Agustus, impor minyak mentah China pada bulan September sebesar 9,79 juta barel per hari adalah 2% di bawah jumlah yang dibawa tahun sebelumnya. Dikarenakan penyulingan independen membatasi throughput di tengah margin tipis dan permintaan yang lesu.

"Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada bulan September," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa penyulingan independen gagal memanfaatkan peningkatan kuota di tengah penguncian yang sedang berlangsung yang membebani permintaan.

"Ini diperparah dengan penurunan margin kilang dan pembatasan ekspor produk," kata mereka.

Ketidakpastian atas kebijakan nol-Covid China dan krisis properti membayangi meskipun pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan dalam PDB kuartal ketiga negara itu, merusak efektivitas langkah-langkah pro-pertumbuhan, kata analis ING dalam sebuah catatan.

Data perdagangan terbaru ini  muncul sehari setelah Xi Jinping mengamankan masa kepemimpinan ketiga, memperkuat posisinya sebagai penguasa paling kuat di negara itu sejak Mao Zedong.

Baca Juga: Indonesia Bersiap Hadapi Ancaman Resesi Global, Sejumlah Strategi Ini Disiapkan

Sebelumnya, minyak Brent naik minggu lalu meskipun Presiden AS Joe Biden mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS.

Penjualan tersebut merupakan bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada bulan Mei. Biden menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar US$70 per barel.

"Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai US$70/bbl memberikan level support yang kuat," kata ANZ.

Pekan lalu, perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut karena harga minyak yang relatif tinggi mendorong perusahaan untuk mengebor lebih banyak, ungkap perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam sebuah laporan pada hari Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×