Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Data stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) yang menyusut kembali membuat harga minyak mentah melonjak. Harga juga terangkat akibat kerusuhan yang sedang terjadi di Irak.
Energy Information Administration (EIA) merilis data persediaan minyak AS pekan lalu turun 2,6 juta barel. Penurunan ini sebenarnya lebih rendah dibandingkan penurunan stok pekan sebelumnya 3,4 juta barel, tapi lebih tinggi dari prediksi para analis sebesar 1,3 juta barel.
Minyak mentah alias West Texas Intermediate (WTI) kemarin menyentuh level tertinggi sejak Mei 2011. Data Bloomberg Kamis (12/6) pukul 16:30 WIB, harga minyak mentah pengiriman Juli 2014 sebesar US$ 105,42 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga naik ketimbang hari sebelumnya sebesar 0,97%. Sejak akhir pekan lalu, harga sudah tumbuh 2,86%. Sedangkan dari akhir tahun 2013, harga minyak sudah mendaki 9,3%.
Analis PT Pefindo, Guntur Tri Hariyanto menjelaskan, kenaikan harga minyak hingga di atas US$ 105 per barel cukup mengejutkan. Kenaikan harga dipicu oleh data stok minyak di AS yang turun makin dalam. "Penurunan mencapai 2,6 juta barel lebih tinggi dari prediksi analis," kata Guntur.
Kerusuhan di Irak
Selain itu, penguatan harga minyak juga ditopang oleh kerusuhan yang terjadi di Irak. Kerusuhan ini menjadi perhatian investor. Kelompok militan telah merebut kota Mosul, yang menyebabkan perbaikan pipa utama dari Kirkuk ke pelabuhan di Ceyhan, Turki terganggu. "Posisi Irak cukup strategis karena merupakan pengekspor minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi," ujar Guntur.
Sementara, Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, mengatakan, pergolakan yang terjadi di Irak menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek suplai minyak mentah.
Secara teknikal, garis MACD di atas 0, masih memberi sinyal penguatan. Stochastic di area overbought. Lalu, RSI di atas level 50%, tepatnya 66%, juga mengindikasikan adanya penguatan.
Dalam sepekan, Ariston memprediksi harga minyak akan kembali menguat di kisaran harga US$ 104 antara US$ 105 per barel. Hingga akhir semester I-2014, harga minyak juga diperkirakan masih bertengger di posisi US$ 105 per barel.
Guntur juga memperkirakan, harga minyak masih akan kuat dalam sepekan di kisaran US$ 103- US$ 106 per barel. "Harga minyak hingga akhir semester I-2014 di level US$ 102 sampai US$ 107 per barel," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News