Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik sekitar 2% pada hari Kamis (26/1) di tengah ekspektasi bahwa permintaan global akan menguat karena importir minyak utama China membuka kembali ekonominya dan data ekonomi AS yang positif.
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik US$1,35 atau 1,6% menjadi menetap di US$87,47 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 86 sen atau 1,1% menjadi menetap di US$81,01.
Perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan pada kuartal keempat 2022, tetapi ukuran permintaan domestik naik pada laju paling lambat dalam 2,5 tahun, mencerminkan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
hargaBaca Juga: Wall Street: Nasdaq Ditutup Naik 1,7% karena Tesla dan Dow Menambahkan 200 Poin
"Harga minyak mentah mendapat dorongan tak terduga dari ekonomi AS yang tidak ingin hancur," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.
Persediaan minyak mentah AS naik tipis 533.000 barel menjadi 448,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Januari, kata Administrasi Informasi Energi (EIA).
Itu jauh dari perkiraan kenaikan 1 juta barel, meskipun EIA mengatakan stok minyak mentah berada pada level tertinggi sejak Juni 2021.
China telah melonggarkan pembatasan COVID-19 yang ketat bulan ini, dengan Beijing membuka kembali perbatasan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
"Pembukaan kembali China mendukung prospek permintaan," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
“Selain itu, pelaku pasar dengan cermat melacak pertemuan OPEC+ JMMC (Joint Ministerial Monitoring Committee) yang akan datang dan embargo UE (Uni Eropa) pada produk olahan,” kata Staunovo.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.
Pertemuan panel menteri OPEC+ pada 1 Februari kemungkinan akan mendukung tingkat produksi kelompok produsen minyak saat ini, kata sumber OPEC+.
Baca Juga: Alasan Mengapa Harga BBM Akan Diumumkan Setiap Minggu
jajak pendapat Reuters dari para ekonom menunjukkan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hampir tidak bergerak di atas 2% tahun ini. Kemungkinan penurunan peringkat lebih lanjut. Itu bertentangan dengan optimisme yang meluas di pasar sejak awal tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News