Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga masih menunjukkan tren penguatan pada perdagangan dunia. Kepatuhan OPEC memangkas produksi minyak mentah dan negosiasi perang dagang turut menjadi katalis positif.
Mengutip Bloomberg, Kamis (14/2) pukul 20.29 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2019 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 54,32 per barel. Angka ini naik 0,83% dari harga kemarin US$ 53.90 per barel. Sementara dalam sepekan, harga minyak menguat tajam 3,19%.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, penguatan harga minyak disebabkan dua faktor. Pertama, kepatuhan negara-negara di Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memangkas produksi minyak mentah.
“Jadi penguatan minyak karena OPEC konsisten pangkas 800.000 barel per hari yang merupakan bagian kesepakatan pemangkasan sebesar 1,2 juta barel dengan produsen non-OPEC seperti Rusia,” ujar Putu kepada Kontan.co.id, Kamis (14/2).
Tak hanya itu, sekedar informasi saja, penurunan produksi terbesar OPEC berasal dari Arab Saudi, yakni sekitar 350.000 barel per hari. Saudi berencana memproduksi sekitar 9,8 juta barel per hari pada bulan Maret, sekitar 500.000 barel di bawah target kesepakatan. Penurunan pun akan datang dari Iran, Libya dan Venezuela.
Disamping pemangkasan produksi OPEC, Putu melihat pasar juga tengah menanti perkembangan negosiasi dagang AS-China. Ia bilang, jika ada kesepakatan positif antara Presiden Trump dan Xi Jinping, maka katalis ini mampu mengangkat lagi harga minyak mentah.
Besok, ia pun memproyeksi harga minyak menyentuh level US$ 52,70 sampai US$ 55,80 per barel. Dari segi teknikal, Putu melihat harga minyak berada di atas garis MA namun berada di bawah garis MA 100 dan 200. Lalu indikator MACD bergerak turun di level 0,6, stochastic naik di level 81, dan RSI naik di level 67.
“Secara teknikal potensinya turun, tetapi secara fundamental masih positif. Untuk itu saya rekomendasikan buy on dips saat harga turun mendekati US$ 52,70 per barel,” pungkas Putu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News