kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak menguat, CPO ada potensi rebound


Senin, 23 Maret 2015 / 19:26 WIB
Harga minyak menguat, CPO ada potensi rebound
ILUSTRASI. Gedung Bank Indonesia di Jakarta.


Reporter: Dina Farisah, Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Dorongan naiknya harga minyak mentah memberikan kesempatan bagi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk rebound.

Mengutip Bloomberg, Senin (23/3) pukul 13.50 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange tercatat merangkak naik 1,2% ke level RM 2.186 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir, harga CPO masih merunduk 0,54%.

Dian Agustina, analis PT MNC Securities menjelaskan, kenaikan harga CPO saat ini di dukung oleh kenaikan harga minyak mentah. Menurutnya, kenaikan harga minyak mentah membuat permintaan terhadap bakar alternatif biofuels mengalami peningkatan. Kondisi ini ikut mengerek harga CPO.

"Ke depannya, harga CPO masih akan menguat apabila penguatan harga minyak mentah terjaga," ungkap Dian.

Sementara dari sisi fundamental lainnya, tidak ada faktor yang mampu mendongkrak harga CPO untuk mempertahankan penguatan. Melihat hal ini, peluang harga CPO untuk kembali merunduk pada Selasa (24/3) masih terbuka.

Fundamental Masih Bearish

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menambahkan bahwa permintaan CPO global masih lemah baik dari ekspor Malaysia maupun impor India. Berdasarkan data intertek, ekspor Malaysia periode 1 – 20 Maret menunjukkan penurunan 5,5% menjadi 640.254 ton. Padahal di periode sebelumnya, ekspor Malaysia mencapai 677.172 ton.

Sedangkan India sebagai importir terbesar CPO juga hanya akan melakukan impor CPO sebesar 67% dari keseluruhan impor cooking oil di tahun 2015 ini. Angka ini merupakan permintaan impor terendah India sejak delapan tahun terakhir.

“Ditambah lagi dengan wacana baru pemerintahan Indonesia terkait pajak retribusi ekspor CPO,” ujar Deddy. Pemerintah Indonesia berencana menetapkan retribusi pajak untuk penjualan CPO di atas US$ 750 ton akan dikenakan pungutan sebesar US$ 50 per ton.

Menurut Menteri Koordinator Ekonomi, Sofyan Djalil, Jumat (20/3) bahwa Presiden Joko Widodo menunjukkan persetujuannya. Sehingga diperkirakan bahwa pada akhir bulan Maret ini kesepakatan retribusi ini akan mulai diberlakukan.

“Pastinya harga CPO global akan tergerus dengan kebijakan baru Indonesia ini,” duga Deddy. Hal ini karena akan membuat permintaan CPO menurun, serta petani akan memilih untuk menahan diri melakukan ekspor CPO. Bahkan menurut Deddy pada saat kebijakan ini diberlakukan resmi bisa saja harga CPO terjungkal ke level RM 2.091 per metrik ton.

Namun, di sisi lain untuk jangka menengah harga CPO bisa ikut terbantu dengan aturan Indonesia baru ini. “Asal pemerintah berkomitmen untuk serius dalam program biofuel,” kata Deddy. Karena memang tujuannya dari program retribusi yang baru adalah menaikkan permintaan CPO untuk biofuel dengan bantuan subsidi dan penanaman kembali CPO.

Selain itu, pemerintah Indonesia rencanya akan menaikkan tingkat blending bagi biofuel CPO dari 10% menjadi 15% mulai April mendatang. Tidak hanya itu, pemerintah juga memerintahkan pembangkit listrik untuk mencampur 20% penggunaannya dengan CPO pada 2014 silam.

Tapi masih perlu waktu yang panjang untuk membuktikan apakah kebijakan baru ini akan mampu mendongkrak permintaan CPO. Selagi menanti adanya perubahan permintaan akibat kebijakan biofuel ini. Tekanan bagi harga CPO masih akan bertambah karena ekspor Malaysia akan kembali dikenakan pajak mulai April 2015 mendatang. Setelah sebelumnya selama delapan bulan terakhir, pengiriman CPO Malaysia bebas biaya.

Sehingga Deddy menduga, Selasa (24/3) harga CPO bisa kembali tersungkur. Karena secara fundamental terlihat jelas bahwa permintaan CPO global masih lesu dan belum akan membaik.

Secara teknikal, saat ini harga CPO bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200 yang terus memberikan sinyal pelemahan. Garis moving average convergence divergence (MACD) juga berada di area negatif minus 23 yang bergerak ke bawah. Begitu juga dengan relative strength index (RSI) level 45 dan stochastic level 22 yang mengarah pada penurunan.

“Sebelum harga menembus level RM 2.265 maka harga masih berpotensi untuk turun,” kata Deddy. Prediksi Deddy, harga CPO Selasa (24/3) bergulir antara RM 2.150 – RM 2.242 per metrik ton. Untuk sepekan mendatang di antara RM 2.125 – RM 2.265 per metrik ton.

Dian memprediksi sepekan mendatang harga CPO bisa bergulir di antara support RM 2.160 per metrik ton dan resistance RM 2.270 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×