kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga minyak mendidih menanti sanksi Iran


Sabtu, 19 Mei 2018 / 08:20 WIB
Harga minyak mendidih menanti sanksi Iran


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah di pasar global melambung hingga menyentuh level tertinggi lebih dari tiga tahun. Jumat (18/5), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2018 di New York Mercantile Exchange naik tipis 0,08% menjadi sebesar US$ 71,63 per barel. Bahkan dalam sepekan, harga minyak WTI sudah melesat 1,34%.

Di saat yang sama, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juli 2018 di ICE Futures Europe, London, mendaki 0,34% ke posisi US$ 79,57 per barel. Selama sepekan, harga minyak Brent juga sudah melesat 2,83%. Dengan posisinya saat ini, harga minyak WTI dan Brent sama-sama bertengger di posisi tertinggi sejak Desember 2014 silam.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, harga minyak dunia memang kembali memanas. Ini terjadi karena pelaku pasar berspekulasi menunggu keputusan pemberian sanksi oleh AS terhadap Iran terkait program nuklir. Jika sanksi diberlakukan, hal tersebut akan mengancam pasokan minyak di pasar global.

Selain itu, harga komoditas energi ini melambung setelah Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memutuskan melanjutkan pemotongan produksi minyak anggotanya. Apalagi, produksi minyak di Venezuela dikabarkan menurun karena krisis ekonomi yang terjadi di negara penghasil minyak tersebut.

Lanjut Faisyal, kabar mengenai stok minyak di negeri Paman Sam semakin mendongkrak harga minyak. Pasalnya, Kamis (17/5), Administrasi Informasi Energi AS (EIA) merilis stok minyak AS turun sebesar 1,4 juta barel. Meski demikian, ia mencatat, belakangan produksi minyak di AS masih terus naik.

Hingga akhir tahun ini, Faisyal memprediksi harga minyak stabil di level saat ini dengan kecenderungan naik. Tren kenaikan harga minyak juga didukung pertumbuhan ekonomi global yang mulai mengarah positif. Pemulihan ekonomi berpeluang meningkatkan permintaan minyak mentah.

Prediksi Faisyal, pekan depan, harga minyak WTI akan bergerak di kisaran US$ 67,40 hingga US$ 75,20 per barel. Untuk perdagangan Senin (21/5), harga minyak WTI diperkirakan akan bergulir antara US$ 70 hingga US$ 72,35 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×