kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Harga minyak mendidih lagi


Senin, 26 Mei 2014 / 07:01 WIB
Harga minyak mendidih lagi
ILUSTRASI. Memasuki 2023, Sektor Keuangan Non Bank dari segi industri menunjukkan ada rasa optimistis . KONTAN/Baihaki/30/12/2022


Reporter: Dina Farisah, Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi sejak Mei 2011 akibat jatuhnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Suplai minyak pun berpotensi terganggu akibat ketegangan di Ukraina dan Libya.

Mengutip Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengiriman Juli 2014 di New York Mercantile Exchange pada Jumat (23/5) meningkat 0,59% dari hari sebelumnya di level
US$ 104,35 per barel. Harga minyak naik 2,72% selama sepekan terakhir atau 8,19% sejak akhir 2013.

Data Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, pasokan minyak mentah AS turun sebanyak 7,23 juta barel dalam tujuh hari yang berakhir 16 Mei 2014. Stok minyak di Cushing, Oklahoma, yang merupakan pusat pengiriman WTI turunĀ  menjadi 23,4 juta barel.
Akibatnya, persediaan minyak mentah AS pada periode itu menyusut ke 391,3 juta barel. Menurut EIA, ini merupakan tingkat persediaan terendah dalam enam minggu.

Selain faktor stok minyak AS, harga minyak juga tersulut akibat kian memanasnya konflik di Ukraina. Hal ini sebagai reaksi atas penyelenggaraan pemilihan presiden pada Minggu (25/5). Tidak hanya di Ukraina, ketegangan juga tengah berlangsung di Libya yang merupakan produsen minyak utama di Afrika.

Gangguan keamanan

Nizar Hilmy, analis PT SoeGee, mengatakan, pengaruh konflik geopolitik Ukraina lebih dominan. Menurutnya, eskalasi ketegangan di Ukraina menjadi pemicu utama kenaikan harga minyak. Sebab, jelang pemilihan presiden Ukraina, gerakan separatis pro Rusia semakin tak terkendali dan telah menewaskan 17 pasukan Ukraina. "Konflik ini menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar sehingga harga minyak melambung," ungkap Nizar.

Selain Ukraina, ketegangan di Libya mengganggu pasokan minyak sehingga harga bullish. Menurut Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, penutupan beberapa lapangan minyak di Libya mengakibatkan produksi minyak turun dari 300.000 barel per hari menjadi 200.000 barel per hari.

Secara teknikal, kata Ariston, indikator garis moving average convergence divergence (MACD) melewati garis 0 yang mengindikasikan penguatan. Indikator stochastic berada di area jenuh beli (overbought).

Lalu, indikator relative strength index (RSI) berada di level 63% mencerminkan penguatan. Harga masih berpeluang naik, namun sudah terlihat formasi double top di US$ 104,30 per barel. Jadi ada peluang koreksi ke area US$ 102,80-US$ 101,70 per barel. Sementara, harga berada di atas moving average 50, 100, dan 200.

Dalam sepekan, Ariston memprediksi harga minyak bergulir di US$ 102,80-US$ 104,30 per barel. Sedangkan hingga akhir semester harga di US$ 101,70-US$ 105,00 per barel. Sementara Nizar menduga harga minyak sepekan di US$ 99-US$ 103 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×