kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Mencapai Tertinggi Dalam 7 Tahun Terakhir Setelah Reli 7 Pekan


Sabtu, 05 Februari 2022 / 06:25 WIB
Harga Minyak Mencapai Tertinggi Dalam 7 Tahun Terakhir Setelah Reli 7 Pekan
ILUSTRASI. Harga minyak mentah Brent naik US$ 2,16 atau 2,4% menjadi menetap di US$ 93,27 per barel pada Jumat (4/2).


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melonjak ke tertinggi tujuh tahun pada hari Jumat (4/2), memperpanjang reli ke minggu ketujuh. Kenaikan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran gangguan pasokan yang dipicu oleh cuaca dingin Amerika Serikat (AS) dan gejolak politik yang sedang berlangsung di antara produsen utama dunia.

Harga minyak mentah Brent naik US$ 2,16 atau 2,4% menjadi menetap di US$ 93,27 per barel pada Jumat (4/2) setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2014 di US$ 93,70. Harga Minyak mentah West Texas Intermediate AS berakhir naik US$ 2,04 atau 2,3% ke US$ 92,31 per barel setelah diperdagangkan setinggi US$ 93,17, tertinggi sejak September 2014.

Brent mengakhiri minggu ini dengan kenaikan 3,6%. Sementara WTI membukukan kenaikan mingguan 6,3% dalam reli terpanjang sejak Oktober.

Baca Juga: Wall Street Menguat, Saham Amazon Menopang Kenaikan Nasdaq

Lonjakan pasar makin tinggi dalam dua hari terakhir karena pembeli menumpuk ke dalam kontrak minyak mentah. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa pemasok dunia akan terus berjuang untuk memenuhi permintaan.

Menurut ahli strategi minyak, harga minyak mentah yang telah rally sekitar 20% sepanjang tahun ini bisa melampaui US$ 100 per barel karena permintaan global yang kuat. Tapi, Citi Research mengatakan pihaknya memperkirakan pasar minyak akan berubah menjadi surplus segera setelah kuartal berikutnya dan mengerem reli harga komoditas energi ini.

"Lonjakan menuju minyak mentah US$ 100 tidak boleh dikesampingkan dalam jangka pendek, tetapi risiko penurunan berlimpah, termasuk kemunduran Omicron pada permintaan, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan koreksi pasar keuangan karena bank sentral memerangi inflasi," kata Bjørnar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Kesepakatan Migas Baru Moskow-Beijing Sekitar US$ 117,5 Miliar, Strategis Bagi China

Badai musim dingin yang membawa kondisi es di AS, khususnya di Texas, juga memicu kekhawatiran pasokan. Cuaca dingin yang ekstrem dapat menyebabkan produksi ditutup sementara, mirip dengan apa yang terjadi di negara bagian itu setahun lalu.

Jumlah rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, naik dua menjadi 497 minggu ini, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Meskipun jumlah rig minyak telah naik untuk rekor 17 bulan berturut-turut, peningkatan mingguan sebagian besar dalam satu digit dan produksi masih jauh dari rekor tertinggi sebelum pandemi.

Pasar minyak juga mendapat dukungan dari risiko geopolitik karena produsen minyak utama Rusia telah mengumpulkan ribuan tentara di perbatasan Ukraina. Rusia menuduh AS dan sekutunya mengipasi ketegangan.

Baca Juga: Harga Minyak Sentul Level Tertinggi 7 Tahun Dipicu Badai di AS

OPEC+ minggu ini sepakat untuk mempertahankan kenaikan produksi yang moderat. OPEC+ telah berupaya untuk memenuhi target yang ada meskipun ada tekanan dari konsumen utama untuk meningkatkan produksi lebih cepat.

Irak, produsen minyak terbesar kedua OPEC, memompa jauh di bawah kuota OPEC+ pada Januari, sementara anggota OPEC+ Kazakhstan ingin mempertahankan lebih banyak produksi minyaknya di dalam negeri untuk mengatasi kenaikan harga bahan bakar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×